Michael Steven Jadi Tersangka, Saham Emiten Kresna Group Masih Tercatat Naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten Kresna Group menjadi sorotan setelah sang pemilik, Michael Steven, ditetapkan sebagai tersangka. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, kasus tersebut tak akan berdampak ke pasar modal secara keseluruhan.

“Buktinya, hari ini dan kemarin kinerja IHSG masih naik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/9).


Di sisi lain, penetapan Michael sebagai tersangka juga belum mempengaruhi kinerja saham-saham Kresna Group secara signifikan. Bahkan ada beberapa saham emiten Kresna Group yang tercatat naik.

Baca Juga: Kresna Group Dilanda Masalah, Begini Prospek Kinerja Emitennya

Misalnya, saham PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) dan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) masih naik hari ini. 

Melansir RTI, Jumat (15/9), saham DMMX tercatat naik 2,42% dan DIVA naik 24,84% hari ini.

“Ke depan, kinerjanya tentu akan tergantung dengan prospek masing-masing sektor,” paparnya.

Meskipun begitu, Fajar tidak memberikan rekomendasi dan target saham untuk emiten-emiten Kresna Group.

Dengan adanya kasus ini, Fajar menyarankan, investor bisa lebih bijak dalam berinvestasi. 

“Selain itu, pihak regulator pasar modal juga perlu memperketat pengawasan dan hukuman yang diberikan,” ungkapnya.

Untuk mengetahui saham suatu emiten itu saham gorengan atau tidak, investor harus selalu memperhatikan likuiditasnya.

Mudahnya, investor bisa memperhatikan saham-saham yang masuk indeks saham yang likuid, seperti IDX80, KOMPAS100, atau bahkan LQ45. 

Baca Juga: Michael Steven Pendiri Kresna Jadi Tersangka Karena Gagal Bayar di Entitas Afiliasi

Artinya, saham-saham yang masuk ke dalam indeks tersebut adalah saham-saham yang tidak mudah atau sulit untuk digoreng.

“Sebab, jumlah transaksinya tinggi dan jumlah investornya juga banyak,” ujarnya.

Meskipun risiko investasi di saham gorengan harus bisa dikontrol oleh masing-masing investor, regulator juga harus bisa memperketat regulasi di pasar modal Indonesia.

“Yang bisa menjaga seharusnya investor sendiri, namun dari bursa juga perlu memperbaikinya. Misalnya, memberikan sanksi yang berat,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi