Michelin digiring masuk perkebunan karet



JAKARTA. Kementerian Perindustrian meminta perusahaan ban asal Prancis, Compagnie Financiere Michelin meningkatkan pemakaian karet alam dari Indonesia sebagai bahan baku ban Michelin di seluruh dunia.

Permintaan ini disampaikan Saleh Husin, Menteri Perindustrian usai bersua perwakilan Compagnie Financiere Michelin, Rabu (6/5). "Saya minta Michelin menyerap karet dari Indonesia untuk bahan baku ban Michelin di dunia," kata Saleh, Rabu (6/5).

Saat ini Michelin sedang membangun pabrik pengolahan karet bersama dengan anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT), yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Namun, pabrik ini baru rampung tahun 2019. Sembari menunggu pabrik selesai, Saleh meminta Michelin menyerap karet petani.


Permintaan menyerap karet alam dari Indonesia ini cukup beralasan. Sebab, Michelin sudah menyerap sebagian karet Indonesia untuk bahan baku ban. "Sekitar sepertiga bahan baku Michelin dari karet Indonesia," jelas Harjanto, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian.

Karena baru sepertiga, Harjanto meminta Michelin menyerap lebih banyak lagi. Sebab, saat ini baru 20% karet alam Indonesia yang diserap industri ban. Angka ini ketinggalan jika dibandingkan Thailand dan Malaysia. Di dua negara ini, 40% karet alamnya telah diserap industri ban.

Menjawab permintaan itu, Eric Le Corre, Corporate Vice President-Global Public Affairs Compagnie Financiere Michelin belum bisa ambil keputusan. Namun ia akan menyampaikan permintaan itu ke kantor pusat Michelin. "Michelin terbuka mencari peluang baru. Permintaan Menteri Perindustrian akan kami sampaikan ke manajemen di Prancis," kata Eric.

Selain bicara potensi karet petani, Michelin juga bicara soal rencana pengembangan kebun karet di Indonesia. "Kami akan membikin perkebunan (karet) sendiri. Akan ada pengumuman lebih lanjut soal ini," jelas Eric tanpa memberikan perincian.

Tak hanya membahas soal karet, pemerintah mengajak Michelin meningkatkan standar mutu ban dan menambah ekspor ban Indonesia. Pemerintah juga meminta ada kerjasama pengembangan riset ban vulkanisir dan pemanfaatan ban bekas di Indonesia.

Maklum, saat ini ada 80 juta sepeda motor dengan 160 juta unit ban bekas di Indonesia. "Ini bisa menyelamatkan lingkungan, dan juga bisa diolah menjadi aspal atau bentuk lainnya," kata Harjanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia