Microsoft: Serangan Siber dan Militer Rusia ke Ukraina Telah Terkoordinasi



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Laporan Microsoft yang dirilis hari Rabu (27/4) mengungkap bahwa sejumlah kelompok peretas yang bersekutu dengan pemerintah Rusia telah melakukan ratusan serangan siber terhadap Ukraina sejak invasi.

Raksasa teknologi AS juga menambahkan bahwa dalam taktik perang hibrida yang diterapkan, Rusia sering mencocokkan serangan siber dengan serangan militer di medan perang.

"Dimulai sebelum invasi. Kami telah melihat setidaknya enam aktor negara-bangsa yang bersekutu dengan Rusia meluncurkan lebih dari 237 operasi melawan Ukraina," kata Microsoft, seperti dikutip The Straits Times.


Baca Juga: AS Mengaku Telah Menghapus Malware dari Internet Dunia untuk Mencegah Serangan Rusia

Laporan itu mengatakan bahwa para peretas telah mulai mempersiapkan aksinya pada awal Maret 2021, hampir setahun sebelum Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk menyerang Ukraina.

Dikatakan pula bahwa perang siber yang dilancarkan berupa serangan destruktif yang sedang berlangsung dan mengancam kesejahteraan sipil.

Dalam laporannya, Microsoft mencatat pada minggu pertama invasi para peretas Rusia menyerang sebuah penyiar media utama Ukraina. Serangan itu dilakukan di hari yang sama ketika militer Rusia mengumumkan niatnya untuk menghancurkan target penyebar disinformasi dan mengarahkan serangan rudal terhadap menara TV di Kyiv.

Microsoft menduga tujuan dari serangan terkoordinasi tersebut adalah untuk mengganggu atau menurunkan fungsi pemerintah dan militer Ukraina. Sebagai bonus, serangan itu diharapkan bisa merusak kepercayaan publik pada lembaga terkait.

Baca Juga: Google Melacak Kehadiran Hacker Rusia di Jaringan Digital NATO

Microsoft mengatakan telah melacak hampir 40 serangan siber yang merusak, yang ditujukan pada ratusan sistem. Sepertiga di antaranya bahkan secara langsung menargetkan organisasi pemerintah Ukraina di semua tingkatan, sementara 40% lainnya menargetkan infrastruktur penting.

Beberapa serangan yang dilakukan diidentifikasi sebagai model serangan penghapus, atau serangan yang bertujuan untuk menghapus data penting dalam sistem komputer yang diretas.

"Ketika pasukan Rusia pertama kali mulai bergerak menuju perbatasan dengan Ukraina, kami melihat upaya untuk mendapatkan akses awal ke target yang dapat memberikan informasi intelijen tentang militer Ukraina dan kemitraan asing," kata Microsoft.

Lebih lanjut, Micosoft menjelaskan bahwa para peretas sering memodifikasi malware mereka di setiap tugas demi menghindari deteksi. Jumlah serangan sebenarnya diduga jauh lebih besar dari apa yang sudah berhasil terdeteksi.