Migrasi kartu ATM ke cip masih lamban



JAKARTA. Keamanan nasabah perbankan lagi-lagi menjadi taruhan. Upaya Bank Indonesia (BI) meningkatkan keamanan pengunaan kartu ATM/debit lewat penerapan teknologi cip belum direspon serius oleh bank.

Ronald Waas, Deputi Gubernur BI menyatakan, pihaknya terus mengevaluasi implementasi migrasi kartu ATM/debit dari teknologi pita magnetik ke cip. "BI terus evaluasi dan diskusi bersama-sama industri. Kami pantau kesiapan mereka," ujar dia saat disambangi KONTAN di Gedung BI, Senin (2/2).

Ronald bilang, jumlah kartu ATM/debit menjadi salah satu alasan bank lambat memproses migrasi kartu lamban. Sebagai gambaran, jumlah kartu ATM/debit yang beredar mencapai 105 juta di akhir tahun lalu. Bank juga harus meng-update teknologi sebanyak 870.000 mesin gesek (EDC) dan 90.000 mesin anjungan tunai mandiri (ATM) agar dapat membaca kartu ATM/debit berbasis cip.


Sejatinya, jumlah kartu dan infrastruktur tidak menjadi alasan bagi bank. Pasalnya, BI sudah memaksa perbankan untuk menggunakan teknologi cip sejak tahun 2011 silam lewat Surat Edaran BI No 13/22/DASP.

Darmadi Sutanto, Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), mengatakan, kalangan perbankan terus berkoordinasi dengan BI terkait migrasi kartu. Kendati sudah mendapat titah migrasi sejak empat tahun lalu, industri baru menyelesaikan tahap sertifikasi kartu ATM/debit dan mesin EDC. "Mesin ATM cip sedang dalam tahap sertifikasi, seharusnya Februari ini selesai," kata Darmadi.

Setelah sepakat soal sertifikasi mesin ATM, barulah perbankan masuk ke tahap pencetakan kartu cip. Ada juga proses panjang menukar kartu ATM/debit yang lama dengan kartu baru.

Bank besar sulit

Proses sertifikasi yang berlarut-larut inilah yang menjadi alasan bank belum dapat mewujudkan migrasi kartu. "Sisa waktu 11 bulan mudah dijalani bagi bank kecil karena jumlah nasabah sedikit, tapi bank besar sulit," ujar Darmadi.  

Lani Darmawan, Direktur Ritel Bank International Indonesia (BII) menerangkan, progres migrasi kartu ATM/debit ke cip berjalan mulus secara internal. Namun, saat ini pihaknya masih mengalami kendala kesiapan pihak ketiga terkait berbagai sertifikasi yang harus dilalui. "Dan kami tidak punya pilihan untuk menggunakan jasa lainnya," tutur Lani.

Kata Lani, BII sudah menyampaikan kendala itu ke ASPI dan BI. Saat ini, jumlah kartu ATM/debit BII yang beredar mencapai 1 juta kartu.

Senada, Ina Suwandi, Kepala Divisi Consumer Banking Bank Central Asia (BCA) menuturkan, belum ada perkembangan progres migrasi kartu ATM/debit ke cip. Padahal, jumlah kartu ATM/debit BCA mencapai 12 juta.

Ongkos mahal menjadi alasan bank lelet migrasi. Bank harus mengeluarkan dana US$ 1-US$ 2 per kartu.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie