Migrasi Kartu Kredit Magnetik ke Chip Sudah Mencapai 30%



JAKARTA. Proses migrasi penggunaan teknologi dari kartu kredit magnetik ke kartu kredit chip mengalami kemajuan secara bertahap. Berdasarkan data Bank Indonesia, sudah ada 3,27 juta kartu kredit yang menggunakan teknologi chip. Angka ini setara dengan 30% dari total kartu kredit yang beredar di masyarakat.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Rochadi mengatakan, seluruh 21 penerbit kartu kredit sudah mulai mengganti kartu magnetik ke chip. Selain itu, sudah ada beberapa bank yang sudah mengganti seluruh kartu kredit yang diterbitkannya. Budi berharap, pada akhir tahun ini, seluruh bank sudah menerapkan kartu berbasis chip pada semua kartu kreditnya.

"Ada beberapa bank yang sudah 100% menggunakan chip, di antaranya Bank NISP, Bank Panin, Bank HSBC, dan Bank UOB Buana," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia budi Rochadi, hari ini (17/9). Bank yang sudah cukup besar melakukan migrasi kartu kredit antara lain Bank Central Asia, sekitar 50%. Sedangkan bank-bank BUMN masih menerapkan penggunaan kartu chip sekitar 30% saja.


Senior Vice President Bank Mandiri Handayani mengatakan, Bank Mandiri baru memulai migrasi ini pada Agustus 2008. Targetnya, Mandiri akan menyelesaikan proses migrasi ini selambat-lambatnya pada Oktober 2009. "Itu karena kami melaksanakannya secara bertahap," kata Handayani.

Alasannya, Bank Mandiri juga membutuhkan biaya investasi cukup besar untuk proses ini. Untuk mengganti teknologi selembar kartu dari basis magnetik ke teknologi berbasis chip memerlukan dana US$ 1,3. Apabila kartu kredit yang diterbitkan Bank Mandiri saat ini mencapai 1,2 juta kartu, berarti Bank Mandiri membutuhkan biaya US$ 1,56 juta untuk migrasi seluruh kartu kredit yang diterbitkannya.

Handayani menambahkan, pergantian ini penting untuk menjaga keamanan dari penggunaan kartu kredit nasabahnya. Apalagi, hampir semua negara di Asia Tenggara telah menggunakan teknologi ini. "Mereka tentunya akan menyasar negara yang masih belum menggunakan keamanan berbasis chip ini," kata Handayani.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie