Migrasi ke TV Digital Menggerus Pendapatan Iklan TV FTA, Simak Prospek Bisnis MNCN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program migrasi TV analog ke digital alias analog switch-off (ASO) memberikan efek yang kurang baik bagi kinerja emiten media, termasuk PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Pasalnya, pendapatan iklan TV free-to-air (FTA) MNCN menurun 12% year on year (YoY) pada kuartal I-2023.

Analis Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy menilai, program ASO membuat para pengiklan lebih memilih bersikap wait and see terlebih dahulu. Pasalnya, pemirsa saat ini lebih terfragmentasi.

Oleh sebab itu, kini Isfhan mengurangi fokus pada pergerakan pangsa pemirsa. Pasalnya, program ASO menahan pengiklan untuk membelanjakan iklan FTA.


Sebaliknya, platform digital akan menjadi "medan perang" baru dengan MNCN yang saat ini berada di atas angin. Pendapatan iklan platform digital MNCN meningkat 10% YoY pada kuartal I-2023 berkat kinerja solid Advertising-based Video on Demand (AVOD) RCTI+.

Baca Juga: Penggabungan IndiHome ke Telkomsel Jadi Penopang Terbesar Telkom (TLKM)

"Ke depan, momentum iklan digital akan membantu pemulihan yang signifikan, terutama dari basis yang rendah pada paruh kedua 2022. Saya memperkirakan pendapatan MNCN 2023 akan meningkat 11% yang dipimpin oleh pertumbuhan pendapatan iklan sebesar 14%," tutur Isfhan dalam risetnya tanggal 9 Mei 2023.

Pada kuartal I-2023, MNCN menghasilkan pendapatan iklan digital Rp 714 miliar. Realisasi ini kira-kira setara tiga kali lipat ukuran pendapatan digital PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).

Isfan akan memantau dengan cermat seberapa cepat bisa SCMA mendapatkan pelanggan, karena platform Vidio.com hanya memiliki 5 juta pelanggan berbayar saat ini dan tengah bersiap untuk meluncurkan setidaknya 15 seri baru pada tahun ini.

Sementara itu, RCTI+ memiliki pengguna aktif bulanan hampir 70 juta dengan rata-rata waktu yang dihabiskan sekitar 1,5 jam. Pelanggan berbayar platform video-on-demand (SVOD) MNCN, yakni Vision+ diperkirakan akan mencapai 3,5 juta tahun ini, dari 2,4 juta pada bulan Desember 2022.

Baca Juga: Prospek Kinerja Global Mediacom (BMTR) Saat Masuk Tahun Politik

Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis memperkirakan, pendapatan TV FTA pada kuartal II-2023 akan tetap lemah seiring dengan penurunan pendapatan iklan. Peningkatan berpotensi terjadi pada kuartal IV-2023 sejalan dengan periode sebelum pemilihan umum (pemilu) dan kenaikan pengeluaran konsumen yang terkait dengan pemilu.

Apalagi, awal tahun 2024 juga menjadi momen untuk menyambut Lebaran sehingga turut menjadi faktor yang dapat mendorong belanja iklan.

Para rumah produksi akan lanjut untuk membuat konten segar, sedangkan TV FTA kemungkinan masih akan berusaha untuk mengoptimalkan biaya konten mereka. Niko berpandangan bahwa pendapatan TV FTA akan tetap bertahan dengan CAGR sekitar 2% sampai tahun 2027.

Dari segi layanan streaming, SCMA dan MNCN juga akan tetap relevan. Pangsa konten lokal masih relatif rendah di pasar AVOD Asia Tenggara, namun sebagian besar dikendalikan secara lokal sehingga menahan pemain OTT asing.

Baca Juga: Surya Citra Media (SCMA) Bocorkan Rencana IPO Vidio dan RANS Entertainment

Layanan streaming MNCN dan SCMA akan menarik lebih banyak konsumen secara berkelanjutan. Vidio.com milik SCMA dan Vision+ milik MNCN ditempatkan dengan baik oleh operator telekomunikasi yang mempromosikannya di paket data inti dan pelengkap, baik di layanan seluler maupun fixed broadband.

"Pendapatan TV FTA akan memberikan bantalan arus kas dalam jangka menengah hingga perusahaan media mengembangkan posisi yang berkelanjutan di kue layanan streaming," ucap Niko dalam risetnya tanggal 25 Mei 2023.

Berdasarkan riset tanggal 4 Mei 2023, Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan dan Wesley Louis Alianto juga menilai, pendapatan MNCN yang tumbuh negatif disebabkan oleh program ASO. Pengiklan masih menahan pengeluaran hingga dampak  keseluruhan ASO dapat dinilai.

Baca Juga: Menkominfo Baru Harus Bersih, Kompeten dan Jangan Ada Benturan Kepentingan

Kedua analis ini memprediksi, pendapatan MNCN pada kuartal II-2023 bakal membaik didorong oleh peningkatan perayaan Lebaran. Selain itu, dengan peningkatan kondisi makroekonomi di tahun ini, para pengiklan khususnya perusahaan FMCG kemungkinan dapat melanjutkan pengeluaran iklannya.

Ketiga sekuritas ini merekomendasikan buy MNCN. Mandiri Sekuritas menetapkan target harga Rp 1.300 per saham,  Sinarmas Sekuritas Rp 780, dan BRI Danareksa Sekuritas Rp 800 per saham. Pada perdagangan Selasa (27/6), harga MNCN stagnan di level Rp 650 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati