Migrasi TikTok-Tokopedia Segera Rampung, Bisnis E-commerce Semakin Sengit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan proses migrasi TikTok Shop ke Tokopedia rampung sepenuhnya sebelum lebaran 2024. Kabar hampir rampungnya migrasi sistem elektronik TikTok Shop yang akan dikelola seluruhnya oleh Tokopedia jelang tenggat April 2024 diprediksi bakal memicu persaingan lebih sengit di pasar e-commerce, terutama live commerce/live shopping, di tengah besarnya pasar konsumen Indonesia.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas), sudah mengungkapkan proses migrasi itu terus berjalan sesuai deadline. "[Proses migrasi TikTok Shop ke Tokopedia] lagi proses, sabar saja," kata Zulhas, kepada wartawan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2024).

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim menambahkan, secara umum proses migrasi sudah berjalan, baik front-end maupun back-end, terkait pembayaran, data user, dan lain-lain yang seluruhnya telah dikelola Tokopedia, bukan lagi TikTok.


Namun masih ada beberapa hal yang perlu diselesaikan segera. “Seperti masih diperlukan pencantuman link atau tautan untuk konsumen mendapatkan invoice sebagaimana terdapat pada aplikasi Tokopedia,” kata Isy.

Migrasi sistem ini wajib dilakukan usai TikTok (yang punya izin media sosial) masuk lagi ke Indonesia sejak Desember tahun lalu dengan berinvestasi di Tokopedia senilai US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 23 triliun). TikTok sempat menghentikan operasinya sementara di Indonesia pada 4 Oktober 2023 demi mematuhi regulasi Permendag Nomor 31 Tahun 2023, salah satunya mengatur pemisahan sistem elektronik antara media sosial dan e-commerce.

Kemendag memberikan waktu hingga pertengahan April 2024 atau 4 bulan kepada TikTok dan Tokopedia setelah terjadi kolaborasi keduanya menghadirkan kembali TikTok Shop yang bersalin rupa menjadi “Shop Tokopedia”.

Kabar ini jelas banyak mempengaruhi binis e-commerce. Sejak awal, sejumlah riset sekuritas menilai kembalinya TikTok melalui Tokopedia ini semakin memvalidasi besarnya potensi pasar ecommerce di Tanah Air dan tren peningkatan ketertarikan publik akan belanja melalui livestreaming.

Bahkan lembaga riset global Ipsos, sejak tahun 2022, sudah memprediksi segmen belanja lewat livestreaming ini prospektif. “Di pasar Indonesia, 78% konsumen sudah tahu soal belanja via livestreaming, 71% dari mereka sudah mengaksesnya, dan 56% mengakui mereka beli produk lewat itu selama pandemi,” tulis riset Ipsos bertajuk “Livestream Selling in Indonesia Market is Growing”, 15 Maret 2022.

Tidak heran jika bergabungnya TikTok Shop dan Tokopedia akan membuat ketar-ketir para kompetitornya, terutama Shopee yang menjadi salah satu pemain terdepan ecommerce yang ditopang induknya Sea Ltd (sahamnya tercatat di New York Stock Exchange/NYSE).

Dua analis Goldman Sachs, Pang Vittayaamnuaykoon dan Kelsey Santoso, terus mencermati update terbaru migrasi TikTok-Tokopedia yang tenggatnya tersisa 1,5 bulan lagi.

“Tiktok akan terus menggunakan sistem elektroniknya untuk melakukan promosi, namun fungsi belanja (checkout, landing page pembayaran) akan berjalan pada sistem back-end Tokopedia; terutama ada dampak terbatas pada antarmuka pengguna, yaitu masih dalam aplikasi Tiktok yang sama,” tulis keduanya dalam riset 5 Maret.

Keduanya meyakini ada risiko yang perlu dicermati dari sisi kompetisi dan menantikan respons Shopee jika uji coba TikTok selesai di April mendatang. Namun, hampir dipastikan Shopee tidak akan tinggal diam dengan semakin kokohnya TikTok Tokopedia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Lamgiat Siringoringo