Mika ingin mendunia dengan es krim



Inspirasi usaha memang bisa datang kapan saja. Seperti Mika Akbar Andromeda, yang mendapat inspirasi membuat es krim setelah melihat para peternak sapi perah yang kecewa karena harga susu sapi yang rendah.

Kini, pabrik es krim milik pria yang kerap dipanggil Andro ini berhasil mengembalikan semangat para peternak untuk menghasilkan susu berkualitas. Dalam sehari, pabrik Sweet Sundae Ice Cream mengolah hingga 540 liter susu segar, atau setara 6.000 cup es krim. Dari Yogyakarta, Andro mengirim es krim ke sejumlah kota, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Palembang, hingga Banjarmasin.

Perkenalan Andro dengan para peternak sapi perah di Kaliurang, Yogyakarta, berawal dari program di kampusnya. Pada 2008, Andro yang duduk di semester VI Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada (UGM), mengambil peran dalam program penyuluhan peternak sapi perah di Kaliurang. “Waktu itu, produksi susu di sana kurang baik karena peternak kerap mencampur susu dengan air,” terang dia.


Meski mendapat lebih banyak untung, ulah peternak akhirnya jadi bumerang. Harga susu jatuh, lantaran air campuran itu merusak kualitas susu sapi. Dus, dalam program ini, mahasiswa berperan membimbing peternak meninggalkan kebiasaan mengoplos agar kualitas susu kembali bagus.

Sayang, setelah peternak berhasil memperbaiki produknya, stempel susu berkualitas tak langsung melekat. “Kredibilitasnya masih dipertanyakan, harga susu juga masih murah,” kenang Andro.

Kebetulan, proses pembuatan es krim dari susu sapi menjadi salah satu pelajaran di fakultas peternakan. Andro, yang ingin menghargai upaya peternak ini, lantas memutuskan untuk merintis usaha es krim bersama lima rekan sesama mahasiswa, termasuk Yuki Rahmayanti, yang kini menjadi istrinya. Yogya Ice Cream dipilih sebagai merek es krim mereka.

Namun merintis sebuah usaha memang butuh mental sekuat baja. Maklum, saat pertama kali menjual es krim di kampusnya, Andro justru menuai ejekan dari teman-temannya. “Ada dua yang saya ingat. Mereka bilang, ini es krim atau air karena terlalu cair. Lalu, tidak ada rasanya,” ujar pria berusia 26 tahun ini.

Kritikan itu tak membuat Andro patah semangat. Ia memperbaiki kualitas produknya, baik dari segi rasa maupun kepadatan. “Waktu itu, titik leleh es krim kami tidak ada 5 menit, tapi sekarang sudah mencapai 25 menit–30 menit,” jelas dia. Andro pun banyak menggali ilmu dari internet serta berkonsultasi dengan dosen demi memperbaiki produknya.

Sayang, seiring dengan perkembangan waktu, tiga rekan Andro memilih keluar dari usaha es krim. “Ada yang berbeda visi, ada pula yang memilih menjadi karyawan,” tutur Andro. Ia dan Yuki sepakat meneruskan usaha es krim.

Pada awal usahanya, Andro mengandalkan tabungan sebagai modal. Namun, seiring keseriusan terjun di dunia usaha, dia getol mengikuti berbagai kompetisi wirausaha untuk menambah modal. Salah satunya, kompetisi yang diadakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Dia menjadi juara dan mendapatkan hadiah Rp 35 juta, karena bisa memberdayakan peternak. Tambahan modal lain, senilai Rp 30 juta, juga diperoleh dari kemenangan di ajang serupa yang digelar UGM. “Dari uang itu, kami membeli mesin dan lainnya,” ujar Andro.   

Tambahan modal itu juga memungkinkan Yogya Ice Cream membuka gerai di sejumlah sekolah. Andro juga mengadopsi skema kemitraan untuk mengembangkan gerai-gerai dengan cepat.

Menggarap pasar baru

Ketenaran bisnis Andro makin memuncak ketika dia meraih start-up awards Shell Livewire pada September 2010. Dari situ, Andro mengakui, banyak orang yang menghubunginya. “Ini yang paling terasa dampaknya,” ujar Andro.

Setelah Yuki rampung kuliah pada 2011, mereka mulai fokus menata bisnis. Mereka memperluas pasar dengan menawarkan produknya ke kafe, resto, hotel, dan katering di Kota Gudeg. Andro juga kebagian tugas membuka pasar baru, dan menjajaki potensi di kota lain, seperti Solo, Semarang, Magelang, dan Ambarawa.

Selain itu, mereka mengganti merek produknya, dari Yogya Ice Cream menjadi Sweet Sundae Ice Cream. Andro bilang, perubahan nama itu semata-mata lantaran merek Yogya Ice Cream tak bisa dipatenkan.

Andro dan Yuki makin percaya diri dengan produk es krimnya. Bahkan, Andro bilang, es krimnya tak kalah bila disandingkan dengan produk sejenis yang sudah ternama. “Pemilik hotel, katering atau kafe senang karena es krim kami cukup padat. Jadi kalau untuk membuat milkshake lebih menguntungkan,” kata Andro yang menikahi Yuki, dua tahun lalu.

Sweet Sundae kini memiliki delapan varian rasa. Di beberapa rasa, seperti green tea, dia juga membedakan produk untuk pasar ritel dan kafe. Selain menyiapkan kemasan cup seharga Rp 2.000, Andro juga melayani kemasan 1 liter, 5 liter, dan 10 liter. Kemasan besar membidik pasar hotel, kafe, resto, dan katering.

Pria kelahiran Jakarta ini pun makin mantap untuk mengembangkan bisnis es krim. Lantaran ingin menjadi besar, seperti merek luar negeri, Andro bercita-cita mengembangkan brand melalui produk dan kemasan. “Strategi ini juga untuk menghindari persaingan atau perang harga dengan pemain-pemain baru yang belakangan muncul,” terang Andro yang mendirikan pabrik es krim di Lempongsari, Sleman, Yogyakarta.

Jurus lain Andro mengembangkan pasar adalah aktif mengikuti berbagai pameran. Kini, Sweet Sundae sudah menyapa konsumen di Malaysia. Bahkan, lewat sebuah pameran, ada permintaan dari Arab Saudi dan Kamerun. “Di Jeddah, kami diminta membuat pabrik es krim. Begitu pula di Kamerun, karena banyak stok susu yang belum diolah,” jelas Andro.    

Motivasi bagi peternak sapi

Ide yang mengawali bisnis es krim datang dari kegelisahan peternak sapi yang tak kunjung mendapat harga yang baik, kendati kualitas sudah baik. Mika Akbar Andromeda berupaya membantu peternak yang ia dampingi dalam program kampus, untuk mendapatkan harga yang sesuai.

Awal merintis bisnis dulu, Andro membutuhkan 27 liter–35 liter susu. Kini Sweet Sunday Ice Cream telah mengolah susu sebanyak 490 liter–540 liter per hari.

Andro bilang, kebutuhan bahan baku susu sebesar itu dipenuhi oleh dua koperasi susu dan 9 peternak sapi perah dari Kaliurang, Yogyakarta.

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas susu, Andro pun menantang peternak untuk menghasilkan susu dengan kualitas yang ditentukan. “Kalau bisa produksi seperti yang kami tentukan, kami beri harga lebih tinggi,” seru Andro.

Tak disangka, para petani cukup tertantang. Alhasil, sampai sekarang, kualitas susu yang dihasilkan mereka tak pernah turun.

Untuk menjaga mutu produk Sweet Sunday, Andro memang hanya mengambil susu berkualitas. Selain memberi harga yang tinggi, Andro pun menetapkan aturan untuk kualitas susu ini. “Jika susunya bagus kami ambil, tapi kalau tak sesuai, kami bisa mengakhiri kerjasama,” tegas dia.

Tentu saja, para peternak berpegang pada aturan itu. Mereka berusaha jangan sampai keluar dari jaringan Sweet Sundae karena itu menjadi tanda bahwa kualitas susunya tak baik. “Memasok susu ke kami menjadi suatu gengsi bagi mereka dan itu menjadi motivasi,” kata Andro.

Untuk menjaga pasokan susu di tengah perkembangan usaha, Andro pun telah menyiapkan pemasok dari daerah lain. Jadi, selain dari Kaliurang, dia berencana juga akan mengambil susu segar dari peternak sapi di Boyolali, Jawa Tengah.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi