Mikronesia Mengecam Rencana Jepang untuk Membuang Limbah Nuklir ke Samudra Pasifik



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Federasi Mikronesia mengecam rencana Jepang yang ingin membuang limbah nuklir Fukushima di Samudra Pasifik. Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden Mikronesia David Panuelo saat berpidato di Majelis Umum PBB di New York hari Kamis (22/9).

Panuelo mengatakan negaranya memiliki keprihatinan terbesar terkait rencana Jepang untuk membuang limbah air pendingin reaktor nuklir atau Advanced Liquid Processing System (ALPS) ke laut.

Panuelo menegaskan bahwa air yang dibuang berpotensi terkontaminasi nuklir dan mampu menciptakan polusi laut.

"Kita tidak bisa menutup mata terhadap ancaman yang tak terbayangkan dari kontaminasi nuklir, polusi laut, dan kehancuran Benua Pasifik Biru. Dampak dari keputusan ini bersifat lintas batas dan antar generasi," kata Panuelo, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Jokowi Terima Penghargaan Global Citizen Award 2022 Berkat Perannya di G20

Mikronesia yang terletak di gugusan kepulauan Pasifik jelas akan merasakan dampak langsung dari pembuangan limbah tersebut. Panuelo merasa dirinya tidak bisa membiarkan penghancuran sumber daya laut yang sangat penting bagi negaranya.

Pada bulan Juli lalu, Jepang mengatakan bahwa regulator nuklirnya telah menyetujui rencana untuk membuang limbah PLTN ke samudra Pasifik.

Air tersebut  digunakan untuk mendinginkan reaktor yang hancur akibat bencana tsunami tahun 2011 silam. Hingga bulan Juli, air yang tertahan di situs tersebut berjumlah lebih dari 1,3 juta ton.

Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan bahwa pihak regulator nuklir telah memastikan air aman untuk dilepaskan ke laut, meskipun masih akan mengandung jejak isotop radioaktif tritium setelah diolah.

Baca Juga: Rusia Akan Memulai Referendum di Empat Wilayah Ukraina yang Dikuasai

Operator PLTN, Tokyo Power Electric Company (Tepco), berencana menyaring air yang terkontaminasi untuk menghilangkan isotop berbahaya selain tritium yang memang sulit dihilangkan.

Air limbah tersebut harus segera dibuang agar proses pembongkaran PLTN Fukushima bisa dilanjutkan.

Selain Mikronesia, rencana pembuangan limbah nuklir Jepang juga mendapat perlawanan keras dari serikat nelayan regional yang khawatir akan dampaknya terhadap mata pencaharian mereka. Para nelayan dari China, Korea Selatan, dan Taiwan juga telah menyuarakan keprihatinan.