KONTAN.CO.ID - Miliarder Grup Adani, Gautam Adani, 62 tahun, berencana untuk mundur pada usia 70 tahun dan mengalihkan kendali kepada anak-anaknya dan sepupu mereka pada awal 2030-an. Sebagaimana yang ia katakan dalam wawancara dengan
Bloomberg News yang diterbitkan pada hari Senin (5/8). Saat Adani pensiun, empat ahli warisnya - putra-putranya Karan dan Jeet, serta sepupu mereka Pranav dan Sagar - akan menjadi penerima manfaat yang setara dari trust keluarga, menurut laporan tersebut.
Baca Juga: Adani Group Menaikkan Belanja Modal Jadi Rp 255 Triliun Perjanjian rahasia akan mengatur transisi saham di perusahaan-perusahaan konglomerat kepada ahli waris, kata laporan
Bloomberg, mengutip orang-orang yang akrab dengan masalah ini. Grup Adani tidak segera menanggapi permintaan komentar dari
Reuters. Putra sulung Gautam Adani, Karan Adani, adalah direktur pelaksana Adani Ports. Sementara putra bungsunya, Jeet Adani, adalah direktur Adani Airports, menurut situs web Grup Adani. Pranav Adani adalah direktur Adani Enterprises dan Sagar Adani adalah direktur eksekutif Adani Green Energy, seperti yang ditunjukkan oleh situs web tersebut. Pranav dan Karan adalah kandidat yang paling jelas untuk akhirnya mengambil alih sebagai Chairman group, kata laporan
Bloomberg. Baca Juga: Adani Enterprises Akan Menggalang Dana Hingga Rp 32 Triliun "Suksesi sangat, sangat penting untuk keberlanjutan bisnis. Saya meninggalkan pilihan kepada generasi kedua karena transisi harus organik, bertahap, dan sangat sistematis," kata Gautam Adani.
Ketika Adani mundur, pengambilan keputusan bersama akan terus berlanjut bahkan dalam keadaan krisis atau keputusan strategis besar, kata anak-anak Adani dalam wawancara terpisah dengan
Bloomberg. Laporan ini muncul saat Adani Enterprises, perusahaan unggulan dari Grup Adani, melihat keuntungan kuartal pertama mereka lebih dari dua kali lipat.
Baca Juga: Pernikahan Super Mewah Keluarga Ambani Jadi Ajang Politik dengan Poster PM Modi Setelah konglomerat tersebut memperluas bisnis energi baru mereka melalui lebih banyak investasi dalam energi terbarukan.
Editor: Yudho Winarto