KONTAN.CO.ID - JAKARTA. David Rubenstein, seorang miliarder dan salah satu pendiri Carlyle Group, memberikan peringatan serius mengenai beban utang pemerintah federal Amerika Serikat yang terus meningkat. Menurutnya, tingginya biaya pembayaran bunga atas utang nasional yang melonjak, di tengah defisit anggaran yang membesar, dapat menjerumuskan negara ke dalam masalah keuangan yang signifikan.
Kondisi Utang Nasional Amerika Serikat: Mengabaikan Masalah atau Menunggu Krisis?
Selama penampilannya di acara "Cavuto: Coast to Coast" di jaringan FOX Business, Rubenstein menyatakan bahwa meskipun utang nasional lebih dari US$35 triliun dan defisit anggaran yang membengkak bukanlah perhatian utama bagi pemilih saat ini, ini hanyalah masalah waktu hingga krisis keuangan menghantam.
Baca Juga: Kisah Hidup Kolonel Sanders, Pendiri KFC yang Sukses di Usia Senja "Orang-orang di Kongres mungkin belum menyadari besarnya masalah ini," ungkap Rubenstein. "Namun, ketika mereka akhirnya menyadari bahwa ini adalah masalah besar dan krisis mulai terjadi, barulah orang-orang akan lebih memperhatikanny," katanya.
Beban Bunga Utang Mengungguli Anggaran Pertahanan
Rubenstein mengungkapkan kekhawatirannya bahwa pembayaran bunga atas utang nasional telah melebihi anggaran pertahanan negara, yang merupakan indikator yang jelas bahwa Amerika Serikat berada dalam bahaya. Menurut laporan dari Kantor Anggaran Kongres (CBO), pada tahun fiskal 2024 hingga Agustus, pemerintah federal telah mengeluarkan sekitar US$870 miliar untuk pembayaran bunga utang, yang meningkat sebesar US$227 miliar (atau 35%) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan suku bunga yang tinggi. Sebagai perbandingan, anggaran untuk Medicare mencapai US$847 miliar, sementara anggaran Departemen Pertahanan hanya sebesar US$753 miliar. Dengan demikian, pembayaran bunga utang sekarang menjadi kategori pengeluaran terbesar kedua dalam anggaran federal, hanya diungguli oleh jaminan sosial (Social Security), yang menyerap lebih dari US$1,3 triliun pada periode yang sama.
Baca Juga: Ikuti Meta dan Youtube, Tiktok Blokir Akun Media Pemerintah Rusia Defisit Anggaran yang Membengkak dan Risiko Krisis Keuangan
Rubenstein juga menekankan bahwa defisit anggaran tahunan sebesar US$2 triliun dari total anggaran sekitar US$6,5 triliun tidak dapat terus dipertahankan. Ia mengutip pepatah dalam ekonomi: "Jika sesuatu tidak bisa terus berlanjut selamanya, maka itu tidak akan bertahan." Hal ini merujuk pada ketidakmampuan pemerintah federal untuk terus menumpuk utang tanpa mengatasinya secara serius. Dengan defisit yang terus membengkak, Rubenstein memperingatkan bahwa "sesuatu yang buruk akan terjadi" jika langkah-langkah penyehatan keuangan tidak segera diambil.
Tantangan bagi Presiden Selanjutnya
Kondisi ini diperparah oleh dua kandidat presiden terdepan, yaitu mantan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris, yang masing-masing mengusulkan pemotongan pajak atau peningkatan kredit pajak tanpa menyertakan rencana signifikan untuk mengurangi defisit anggaran.
Rubenstein mengungkapkan bahwa pada akhirnya, setiap rencana kebijakan yang diajukan harus disertai dengan sumber dana yang jelas.
Baca Juga: Ini Pesan Joe Biden yang Terakhir Kalinya di Majelis Umum PBB "Kongres harus menghadapi masalah ini pada tahun depan," ujarnya. "Anda tidak bisa terus-menerus menjalankan defisit sebesar US$2 triliun per tahun tanpa memikirkan bahwa di suatu titik, sesuatu yang buruk akan terjadi," tambahnya.
Editor: Handoyo .