Militer AS, Inggris, dan Australia Menggelar Simulasi Perang dengan China di Udara



KONTAN.CO.ID - NEVADA. Angkatan udara AS, Inggris, dan Australia pada hari Rabu (8/2) memulai latihan gabungan mereka di atas gurun Nevada. Latihan kali ini mensimulasikan operasi tempur kelas atas melawan pesawat tempur dan pertahanan udara China.

Latihan gabungan bertajuk Red Flag ini akan berlangsung selama tiga minggu. Pemimpin operasi ini, Kolonel Angkatan Udara AS Jared J. Hutchinson, menegaskan bahwa Red Flag adalah latihan tahunan dan tidak terkait dengan masalah keamanan yang terjadi baru-baru ini.

Pada hari Sabtu (4/2) sebuah jet tempur AS menembak jatuh balon yang diduga properti mata-mata China di lepas pantai Carolina Selatan. Insiden ini jelas meningkatkan ketegangan di antara kedua negara.


"China hanyalah tantangan yang kami jadikan latihan sehingga kami siap. Kami pikir jika kami siap menghadapi China, maka kami akan siap untuk menghadapi siapa pun," ungkap Hutchinson kepada Reuters.

Baca Juga: AS Beberkan Informasi tentang Insiden Balon Mata-Mata China ke 40 Negara

Lebih lanjut, Hutchinson menjelaskan bahwa inti dari latihan Red Flag adalah mengatasi jarak yang sangat jauh yang akan dihadapi AS, Inggris, dan Australia saat beroperasi melintasi Pasifik, sambil berusaha meningkatkan interoperabilitas angkatan udara ketiga negara.

Komodor Udara John Lyle dari Inggris mengatakan bahwa misi latihan Red Flag akan mensimulasikan mobiliasasi angkatan udara ke daerah di mana telah terjadi invasi oleh negara yang bermusuhan.

"Peran kami adalah mendukung pasukan untuk secara efektif melanjutkan ke area yang telah diduduki dan melakukan penargetan aset utama untuk memungkinkan kami menurunkan kemampuan musuh," ungkapnya.

Dalam latihan kali ini AS mengirim sejumlah jet tempur seperti F-35GB. Sementara Inggris mengutus pesawat tanker pengisian bahan bakar KC-2 Voyager serta jet tempur Eurofighter Typhoon. Australia menyumbangkan pesawat EA-18G Growler untuk terlibat dalam latihan.

Baca Juga: Belajar dari Perang Ukraina, Taiwan Percepat Pengembangan Drone untuk Hadapi China

Nama China masuk dalam agenda latihan karena AS telah mengidentifikasi China sebagai prioritas strategis utama militer mereka. Belakangan, Australia juga mulai terganggu dengan aktivitas militer China di Pasifik.

Simulasi pengiriman pasukan udara ke wilayah konflik juga mencerminkan kekhawatiran tiga negara atas potensi invasi China ke Taiwan, seperti yang dilakukan Rusia ke Ukraina.

Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) AS, William Burns, pekan lalu memperingatkan bahwa Presiden China Xi Jinping telah memerintahkan militernya untuk siap melakukan invasi ke Taiwan pada tahun 2027.