Militer AS khawatir agresi militer China ke Taiwan terjadi dalam waktu dekat



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) kini mulai khawatir akan nasib sekutunya, Taiwan, yang kini terasa semakin mendekati ancaman China. Bahkan petinggi militer AS baru-baru ini memperingatkan terjadinya agresi militer ke Taiwan dalam waktu dekat.

Konflik antara China dan Taiwan diperkirakan akan memuncak dalam waktu dekat. Admiral Angkatan Laut AS baru-baru ini mengatakan bahwa agresi militer China ke Taiwan akan terjadi lebih cepat dari dugaan.

Admiral John Aquilino memperingatkan pada hari Selasa (23/3) bahwa ancaman agresi China terhadap Taiwan mungkin lebih dekat dari yang diperkirakan.


Pejabat militer AS yang kabarnya akan memimpin Komando Indo-Pasifik AS ini juga menekankan bahwa hal tersebut akan menjadi tantangan bagi aliansi AS-Jepang dalam mengontrol keamanan regional.

"Pendapat saya adalah masalah (agresi) ini lebih dekat dari yang dipikirkan banyak pihak, dan kita harus bersiap," ungkap Aquilino, Komandan Armada Pasifik AS, dikutip dari Kyodo.

Berbicara di hadapan Komite Senat untuk Angkatan Bersenjata, Aquilino memang tidak menyebutkan secara pasti kapan agresi militer akan terjadi, namun menurutnya saat ini China sudah memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk menyerang Taiwan.

Baca Juga: Jepang-AS: Kepulauan Senkaku berada di dalam pengawasan kami

Pecahnya agresi China terhadap Taiwan sebelumnya juga telah disampaikan oleh Admiral Philip Davidson, mantan pemimpin Komando Indo-Pasifik AS, awal bulan ini.

Davidson menyinggung kemungkinan agresi tersebut akan terjadi dalam enam tahun ke depan. Pernyataan ini juga ia sampaikan di hadapan Komite Senat yang sama.

Dikutip dari Kyodo, Aquilino menolak untuk mempertimbangkan penilaian Davidson, termasuk mengenai perkiraan waktu dari tahun ini hingga 2045. Tapi dia sepakat bahwa kekuatan militer China untuk melawan Taiwan memang sangat berbahaya.

Taiwan yang berpisah dari China daratan setelah perang saudara tahun 1949, kini masih dilihat China sebagai provinsi pemberontak. Sejak saat itu China terus berusaha untuk menarik Taiwan ke administrasinya.

Di sisi lain, melalui hubungan tidak resmi dengan Taiwan, AS terus membantu Taiwan untuk mempertahankan paham demokrasi yang dianutnya dan berdiri sendiri tanpa campur tangan China.

Selanjutnya: Memanas, Filipina kerahkan lebih banyak kapal perang ke Laut China Selatan