KONTAN.CO.ID - Militer Israel pada hari Rabu (13/12) melaporkan telah mengalami kekalahan paling buruk sejak konflik bersenjata pecah pada Oktober lalu. Situasi ini terasa semakin buruk karena Israel perlahan-lahan mulai dijauhi sekutu diplomatiknya. Mengutip
Reuters, Israel melaporkan 10 tentaranya tewas dalam 24 jam terakhir hingga hari Rabu, salah satunya merupakan prajurit berpangkat kolonel yang memimpin pangkalan depan dan seorang letnan kolonel yang memimpin resimen. Israel mengklaim ini merupakan kekalahan terburuk dalam satu hari yang pernah mereka rasakan sejak 31 Oktober lalu ketika 15 tentaranya tewas.
Sebagian besar kematian tentara Israel itu terjadi di distrik Shejaia di Kota Gaza di utara. Militer Israel melaporkan, pasukan mereka disergap saat mencoba menyelamatkan sekelompok tentara lain yang menyerang pejuang Hamas di sebuah gedung.
Baca Juga: Sekjen PBB Bunyikan Alarm Peringatan akan Ancaman Keamanan Global Akibat Perang Gaza Pihak Hamas menggambarkan serbuan itu sebagai bukti bahwa pasukan Israel tidak akan pernah bisa menaklukkan Gaza. "Semakin lama Anda tinggal di sana, semakin besar pula beban kematian dan kerugian Anda, dan Anda akan keluar dari situ dengan membawa ekor kekecewaan dan kehilangan, Insya Allah," ungkap Hamas dalam pernyataannya. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, militernya akan terus berjuang meskipun ada tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata. Netanyahu bertekad untuk memusnahkan Hamas. "Kami terus melanjutkannya hingga akhir, hingga kemenangan, hingga Hamas dilenyapkan. Saya mengatakan hal ini di tengah penderitaan yang luar biasa, namun juga di tengah tekanan internasional. Tidak ada yang akan menghentikan kita," kata Netanyahu dalam pesan yang disiarkan melalui radio ke seluruh pasukan.
Baca Juga: 8 Negara Bergabung dengan AS & Israel yang Menentang Resolusi PBB Soal Gaza Israel Mulai Kehilangan Dukungan dari Sekutunya
Israel menerima banyak dukungan, terutama dari negara Barat, saat pasukan Hamas menyerang perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023. Israel mengklaim serangan itu menewaskan 1.200 warga Israel yang sebagian besar adalah warga sipil. Hamas juga menangkap 240 orang dan dijadikan sandera, beberapa di antaranya telah dibebaskan. Sayangnya, serangan balasan Israel terhadap Hamas di Gaza dianggap terlalu liar oleh sekutunya. Hingga hari Rabu, otoritas kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 18.608 orang tewas dan 50.594 luka-luka. Ribuan lainnya masih dinyatakan hilang di bawah reruntuhan bangunan dan tidak tersentuh bantuan.
Baca Juga: Erdogan Sebut Netanyahu Berada di Ambang Kehancuran Tidak hanya itu, badan PBB yang mengawasi pengungsi Palestina juga mencatat ada 288 pengungsi yang tewas di tempat pengungsian akibat serangan militer Israel. AS sebagai sekutu utama Israel mulai menahan dukungannya karena khawatir korban sipil terus meningkat. Pemerintah Joe Biden bahkan menunda penjualan lebih dari 20.000 senapan buatan AS ke Israel. Pada hari Selasa (12/12), Biden mengatakan Israel saat ini mulai kehilangan dukungan menyusul serangan tanpa pandang bulu yang semakin intens di Gaza. "Keamanan Israel bisa saja bergantung pada AS, namun saat ini mereka mendapat dukungan dari Uni Eropa, mempunyai Eropa, sebagian besar negara di dunia. Namun mereka mulai kehilangan dukungan karena pemboman yang tidak pandang bulu yang terjadi," kata Biden, dikutip
Reuters.