Militer Myanmar Lancarkan Serangan Udara ke Kelompok Pro-Demokrasi



KONTAN.CO.ID - LAY KAY KAW. Militer Myanmar pada Minggu (10/4) melancarkan serangan udara yang menargetkan kelompok pemberontak etnis di Negara Bagian Karen. Pertempuran pecah di Kota Lay Kay Kaw yang sangat dekat dengan perbatasan Thailand.

Juru bicara Persatuan Nasional Karen (KNU) yang memberontak pada Senin (11/4) melaporkan, pemerintah semakin memperkuat pasukan militernya di daerah itu setelah bentrokan Minggu.

"Mereka belum mundur sama sekali. Mereka mengirim lebih banyak pasukan. Kelompok kami telah menewaskan 45 tentara dan kehilangan dua pejuang dalam bentrokan hari Minggu," kata juru bicara KNU Padoh Saw Taw Nee, seperti dikutip Reuters.


Baca Juga: AS Tangkap Bos Yakuza Jepang yang akan Pasok Rudal ke Myanmar

Bentrokan terbaru pada Minggu terjadi setelah pasukan KNU berusaha mendorong mundur pasukan pemerintah yang terlihat masuk ke salah satu distrik di Lay Kay Kaw.

Sebagai respons, militer Myanmar melakukan serangan udara ke wilayah tersebut. Penduduk di Mae Sot, sebuah kota di sisi perbatasan Thailand, mengatakan, mereka mendengar suara tembakan dan ledakan.

Ribuan penduduk di Lay Kay Kaw, yang berjarak 20 km dari perbatasan Thailand, telah melarikan diri dari bentrokan pada Desember tahun lalu. Kota tersebut telah menjadi tempat perlindungan bagi masyarakat pro-demokrasi.

Sebagian besar wilayah Lay Kay Kaw berada di bawah kendali KNU dalam beberapa bulan terakhir. Namun, tentara pemerintah seringkali menunjukkan ketegasannya dengan menangkap orang-orang di kota itu.

Baca Juga: PBB: Militer Myanmar Terlibat Pembunuhan Massal dan Kejahatan Perang

Desember tahun lalu, KNU mendesak masyarakat internasional untuk segera menetapkan zona larangan terbang di daerah itu demi melindungi warga sipil.

Sejak kudeta militer Februari 2021, situasi Myanmar tak pernah jauh dari kekacauan. Serangkaian protes yang dilakukan masyarakat pro-demokrasi kerap direspons pasukan keamanan pemerintah dengan keras.

Juru bicara Kantor HAM PBB Ravina Shamdasani pada Februari lalu melaporkan, setidaknya ada 11.787 orang ditahan secara tidak sah sejak kudeta. Sebanyak 8.792 masih di dalam tahanan.

Mereka juga mencatat sudah ada 1.500 orang yang terbunuh dalam serangkaian protes dan unjuk rasa, termasuk 200 orang yang tewas karena penyiksaan dalam tahanan militer.