Mimpi membuat mobil listrik massal



Mobil listrik lagi naik daun. Pemicunya adalah mobil listrik buatan PT Sinarmas Ahmadi Pratama, yang sempat menarik perhatian publik karena dikemudikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan keliling beberapa lokasi di Jakarta.

Tapi, mobil listrik produksi dalam negeri itu bukan yang pertama mengaspal di jalanan Indonesia. Sebelumnya, ada Mitsubishi i-MiEV yang awal tahun lalu memiliki nomor kendaraan dengan nomor polisi B 1160 TKU dan B 1162 TKU. PT Kramayudha Tiga Berlian, agen tunggal pemegang merek Mitsubishi, menghadirkan i-MiEV dalam rangka menyosialisasikan mobil listrik ke masyarakat.

Itu sebabnya, Dasep Ahmadi, pemilik Sinarmas Ahmadi, bilang, pasar mobil listrik di Tanah Air masih sangat terbatas. "Peminat dan pembelinya baru sebatas untuk lifestyle atau gaya hidup dan hobi," katanya.


Cuma, Dasep optimistis pasar mobil listrik di negara kita bakal tumbuh, seiring kebijakan pemerintah yang menjadikan mobil listrik sebagai kendaraan alternatif penghemat energi sekaligus ramah lingkungan.

Pemerintah mencanangkan program mobil listrik dengan target produksi di 2014 mendatang mencapai 10.000 unit. Demi memuluskan rencana itu, pemerintah berencana membebaskan bea masuk dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), antara lain untuk motor listrik dan baterai.

Menurut Dasep, produksi massal mobil listrik memang hanya bisa berjalan jika pemerintah memberikan insentif terhadap komponen impor mobil listrik. "Supaya bisa diproduksi dan dinikmati secara massal harus dikasih ruang yang bagus," ujar alumni Jurusan Teknik Mesin ITB ini.

Toh, Soehari Sargo mengingatkan, pasar mobil listrik tetap saja akan sangat kecil. Soalnya, kendaraan setrum hanya menyasar segmen khusus yaitu untuk kepentingan lifestyle. Harga jual mobil listrik biasanya di atas Rp 200 juta per unit dan hanya mampu menampung empat orang. Kondisi ini bertolak belakang dengan tipikal konsumen di Indonesia yang cenderung memilih mobil multifungsi.

Belum prioritas

Apalagi, Soehari mengatakan, daya jelajah mobil listrik sangat terbatas, sehingga hanya bisa dipakai untuk kegiatan di dalam kota. Bukan itu saja, pemakaian mobil listrik menuntut jalan yang bebas macet. Sebab, baterai mobil listrik bakal cepat tergerus jika dalam kondisi macet. "Jadi memang segmennya akan sangat terbatas," tuturnya. Ambil contoh, pasar mobil listrik termasuk hybrid di Amerika Serikat kurang dari 5% dari total pasar mobil Negeri Paman Sam.

Tak heran, Jongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gainkindo), mengungkapkan, pabrikan otomotif belum melihat mobil listrik sebagai prioritas. "Kami belum menghitung skala keekonomiannya," ungkap dia.

Jonfis Fandy, Marketing and After Sales Service Director PT Honda Prosepct Motor, menambahkan, butuh persiapan yang matang jika ingin memproduksi mobil listrik di Indonesia. Misalnya, pemerintah harus memastikan produk ini nantinya bakal kompetitif dengan mobil yang berbahan bakar minyak (BBM).

Selain itu, pemerintah harus memastikan ketersediaan infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian listrik di lokasi yang mudah dijangkau. Sehingga, "Kalau bicara soal pasarnya, ya, masih agak jauhlah, tapi masih boleh dipelajari," kata Jonfis. Honda sendiri sudah punya produk mobil listrik, yakni Honda Fit EV.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari