Mimpi Mewujudkan Desa Rasa Kota Lewat Pemerataan Internet di Wilayah 3T



KONTAN.CO.ID - MANADO. Pusaran transformasi digital kian terasa di berbagai aspek kehidupan. Berbagai kemudahan bisa didapatkan dengan penggunaan teknologi informasi yang kian masif.

Sayangnya kemudahan tersebut belum bisa dirasakan semua orang. Salah satunya bagi masyarakat yang berada di kawasan terdepan, tertinggal dan terluar (3T) yang ada di Indonesia. Lokasi geografis yang lebih sulit untuk dijangkau menyisakan pekerjaan rumah yang lebih berat guna menyediakan akses internet yang memadai bagi penduduk di kawasan-kawasan tersebut.

Di Provinsi Sulawesi Utara misalnya masih ada sejumlah kawasan 3T yang butuh atensi lebih agar akses internet bisa dinikmati secara optimal bagi masyarakat. Padahal penduduk di kawasan 3T, tentu punya hak yang sama untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya dengan bantuan dunia maya.


"Sudah saatnya kita membangun desa bersuasana kota," tegas Evans Steven Liow, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik Provinsi Sulawesi Utara kepada Tim Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan KONTAN saat berkunjung ke kantornya pada Senin (26/8).

Baca Juga: Menjelajahi Infrastruktur Telekomunikasi hingga ke Kawasan Terluar Negeri

Desa bersuasana kota yang dimaksud Steven adalah masyarakat pedesaan, terutama di kawasan 3T, juga bisa ikut menikmati layanan internet yang setara dengan perkotaan.

Menurut Steven, penggunaan teknologi telekomunikasi dan informasi bisa memberikan dampak yang besar bagi penduduk di kawasan 3T. Mulai dari bidang kesehatan, pendidikan hingga perputaran ekonomi baru yang bisa mendorong taraf hidup mereka.

Memang, membangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah 3T seperti di kawasan perbatasan bukan perkara mudah. Tantangan dalam pembangunan menara Base Transceiver Station atau disingkat BTS di Kepulauan Talaud atau Sangihe misalnya tak sebanding dengan wilayah-wilayah di pulau utama.

Misalnya saja dari sisi transportasi untuk membawa peralatan mengarungi lautan, hingga mencari lokasi yang tepat dalam mendirikan menara butuh usaha yang lebih besar dibanding di Pulau Sulawesi.

Namun Steven menyebut pemerintah provinsi tak boleh menyerah terhadap tantangan tersebut. Upaya demi upaya harus terus dilakukan agar masyarakat bisa tersentuh jaringan internet. Meski harus melewati proses yang lumayan panjang, setidaknya sudah ada beberapa titik yang kini sudah terbangun jaringan infrastruktur telekomunikasinya. Salah satunya di Kepulauan Talaud.

Lebih mandiri

Dengan adanya daerah-daerah baru yang mulai tersentuh internet. Steven mencontohkan dampak positif yang bisa didapat adalah kelahiran dari Badan Usaha Milik Desa alias BUMDes yang bisa memanfaatkan kehadiran internet di desanya. Sehingga perputaran roda ekonomi di pedesaan bisa melaju lebih kencang.

Kehadiran jaringan internet juga bisa mendorong pengusaha lokal untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa yang bisa ditawarkan kepada masyarakat. Tingkat konsumsi dengan memanfaatkan jaringan internet juga bisa terkerek. Hasilnya UMKM di pedesaan juga bisa berkembang dengan lebih cepat.

Sejalan dengan itu, masyarakat desa di kawasan 3T bakal bisa mengelola perekonomiannya dengan lebih mandiri. Tak lagi terus-terus bergantung terhadap pihak luar. "Desa swasembada bisa kita drive. Bayangkan bila ada internet di satu desa, itu sudah luar biasa," kata Steven.

Baca Juga: Ini Realisasi Pengembangan Infrastruktur Telekomunikasi yang Digelar BAKTI Kominfo

Belum lagi bila bicara tentang pendidikan. Tenaga pengajar hingga para siswa bisa mengakses lebih banyak materi pelajaran dengan lebih mudah dan cepat. Kreativitas pelajar juga bisa makin terasah dengan akses terhadap konten-konten positif yang didapat dari dunia maya.

Pelayanan kesehatan masyarakat juga akan lebih dimudahkan dengan adanya jaringan internet hingga kawasan 3T. Steven bilang pihaknya berupaya mendorong agar layanan telemedicine bisa dirasakan penduduk di kepulauan terluar yang ada di wilayahnya. Mereka tak perlu lagi membuang banyak waktu untuk berkonsultasi dan mendapatkan resep obat.

Begitu pun untuk tindakan pengobatan yang tak bisa ditangani oleh fasilitas kesehatan di daerah asalnya. Proses rujukan ke faskes yang lebih tinggi bisa dilakukan dengan efektif dan efisien dengan sistem host to host hingga ke rumah sakit yang berada di kota besar seperti Manado.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi