Minat Asing di saham kian menurun



JAKARTA. Minat investor asing terhadap pasar saham Indonesia, belakangan melemah. Ini terlihat dari tekanan jual asing yang tinggi, akhir-akhir ini. Kemarin, net sell asing di pasar saham bahkan mencapai Rp 546,5 miliar. Sejak awal tahun, net sell asing tercatat Rp 15,81 triliun.

Turunnya minat asing berinvestasi di pasar saham itu juga terbaca dari indeks iShares MSCI Indonesia (EIDO) yang trennya melemah. EIDO adalah sebuah mutual fund berisikan saham-saham di Indonesia yang dikelola oleh Morgan Stanley di bursa Amerika Serikat (AS).

Kemarin, EIDO turun 1% ke level 22,67. Secara year to date, EIDO sudah anjlok 24,08%. Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,75% sejak akhir tahun lalu. Kemarin, IHSG melemah 0.58% ke posisi 4.216,89.


Chief Executive Officer KDB Daewoo Securities Indonesia, YuSung Oh mengatakan, pergerakan EIDO beriringan dengan IHSG. Pada 11 Juni lalu, misalnya, EIDO jatuh cukup tajam ke level 29,87, mengikuti kejatuhan IHSG.

Ia mengakui, banyak investor asing yang memutuskan keluar dari pasar saham Indonesia dan menyebabkan indeks iShare MSCI Indonesia jeblok.

Norico Gaman, Kepala Riset BNI Securities mengamini. indeks EIDO berkorelasi dengan bursa saham di Indonesia. "Saat ini, investor asing lebih memilih dana cash, ketimbang berinvestasi di bursa saham atau obligasi. Sehingga menyebabkan rendahnya investasi di IHSG dan mengakibatkan indeks yang tercatat di AS ini menurun," jelasnya.

EIDO memiliki total aset bersih US$ 315,55 juta dengan 113 pemegang exchange trade fund (ETF). Portofolio terbesar EIDO adalah saham PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 10,38% dari total dana kelolaan. Posisi selanjutnya secara berurutan adalah BBCA, TLKM, BBRI dan BMRI. Selain itu, EIDO memiliki portofolio saham PGAS, UNVR, SMGR, BBNI dan UNTR.

Norico memprediksi, prospek aliran dana asing di bursa pada tahun depan akan relatif terbatas. "Investor akan lebih berhati-hati menaruh portofolionya di saham dan obligasi. Mereka memilih untuk menunggu sampai perekonomian Indonesia membaik," ujarnya.

Sebaliknya, ia memperkirakan, dana-dana asing ini akan lebih banyak masuk sebagai foreign direct investment ke sektor riil. "Mereka akan memilih investasi jangka panjang, karena fluktuasinya akan lebih stabil," jelas Norico.

YuSung Oh menambahkan, ekonomi Indonesia di tahun depan sangat dipengaruhi oleh perekonomian China yang mulai pulih. "Saat itulah, Indonesia harus pintar mengambil kesempatan itu," tambahnya. Di samping itu, Indonesia harus bisa memberikan wadah bagi investor, tanpa mempersulit izin investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati