Tren Gowes Turun, Bisnis Penjualan Sepeda Terpukul



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat masyarakat terhadap aktivitas bersepeda yang menurun telah memengaruhi industri pembuatan sepeda di Tanah Air dalam beberapa waktu terakhir. Meskipun demikian, produsen sepeda terus berupaya melakukan inovasi untuk tetap menjaga kelangsungan bisnis mereka.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo), Eko Wibowo, sepeda mengalami popularitas yang meningkat secara signifikan selama pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Banyak masyarakat yang tiba-tiba menjadi gemar bersepeda, yang menyebabkan permintaan akan produk tersebut meningkat pesat.

Namun, seiring berakhirnya pandemi, minat masyarakat terhadap bersepeda mulai meredup. Hal ini terjadi karena banyaknya masyarakat yang kembali bekerja di kantor sehingga memiliki waktu yang lebih sedikit untuk bersepeda. 


Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Berharap Penjualan Baja Naik

Selain itu, masalah polusi udara di kota-kota besar juga menjadi alasan bagi sebagian orang untuk enggan bersepeda. Tidak hanya itu, penurunan daya beli sebagian masyarakat pasca pandemi juga menjadi faktor yang signifikan.

"Era ini ditandai dengan penurunan industri sepeda. Pada tahun 2023 saja, penjualan sepeda turun hingga 70%," ungkap Eko kepada KONTAN pada Kamis (29/2).

Apsindo juga menyoroti kesalahan banyak produsen sepeda yang salah dalam membaca arah tren industri selama pandemi Covid-19. Banyak dari mereka mengira bahwa permintaan akan sepeda baru akan tetap tinggi meskipun pandemi berakhir. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Banyak produsen sepeda yang berlebihan dalam memproduksi sepeda, menyebabkan stok menumpuk di gudang karena tidak terserap di pasar. 

Hal yang sama juga dirasakan oleh importir sepeda yang terlalu bersemangat dalam mengimpor sepeda dari luar negeri. Hal ini berkontribusi pada penurunan harga sepeda di pasar.

Baca Juga: Strategi Kolaborasi United Bike, Garuda Indonesia dan Westin Hotel

Saat ini, harga sepeda telah mengalami diskon hingga 50% untuk berbagai tipe guna mengurangi stok yang menumpuk di gudang dan menjaga arus kas produsen. "Meskipun begitu, produsen tetap menjaga harga agar tetap menguntungkan," tambah Eko.

Prospek Penjualan

Meskipun demikian, Apsindo tetap optimis terhadap kinerja industri sepeda nasional pada tahun 2024. Setidaknya, diperkirakan penjualan sepeda akan tumbuh sekitar 30% tahun ini.

Sepeda lipat menjadi salah satu tipe sepeda yang potensial dicari konsumen sepanjang tahun ini, terutama untuk kebutuhan transportasi jarak dekat. Sementara itu, penjualan sepeda gunung kemungkinan akan tetap stagnan, kecuali bagi mereka yang memiliki hobi bersepeda.

Baca Juga: Harga sepeda Brompton turun, jadi berapa?

"Produsen terus berusaha menghadirkan model-model baru untuk membangkitkan minat pasar dan menyelesaikan stok sepeda lama," tambahnya.

Sementara itu, PT Roda Maju Bahagia, produsen sepeda merek Element Bike, juga mengalami penurunan penjualan sekitar 40% sejak pandemi Covid-19 berakhir. 

Mereka terpaksa mengurangi produksi sepeda karena permintaan yang rendah di pasar. Namun, sepeda lipat masih menjadi kontributor utama penjualan Element Bike pada tahun lalu.

Element Bike merasa sulit untuk mengandalkan penjualan di dalam negeri, karena sebagian besar masyarakat masih melihat sepeda sebagai sarana rekreasi atau hobi semata. Oleh karena itu, Element Bike berencana untuk mengekspansi pasar ke luar negeri pada tahun 2024.

Baca Juga: Produsen sepeda masih optimistis kejar pertumbuhan penjualan tahun ini

"Kami berencana untuk mulai mengekspor sepeda ke India tahun ini dengan berbagai model yang telah kami persiapkan," ungkap Hendra, Chief Executive Officer (CEO) Roda Maju Bahagia, pada Kamis (29/2).

Element Bike juga membuka peluang untuk mengekspor sepeda ke negara-negara lain di wilayah Asia. Selain itu, mereka juga siap memperkenalkan 30 model sepeda baru tahun ini untuk memperkuat kinerja penjualan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli