Minat Investasi Dirut Ingria Pratama (GRIA) Khufran Hakim Noor Tumbuh dari Literasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di mata Khufran Hakim Noor, buku bukan hanya jendela dunia. Bagi direktur utama emiten properti PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk (GRIA) ini, buku juga menjadi kunci membuka kesadarannya dalam berinvestasi.

Minat untuk mendalami investasi tumbuh sejak Hakim membaca sejumlah buku bertema keuangan. Salah satu yang membuka cakrawala Hakim adalah The Richest Man in Babylon karya George S. Clason.

Dari berbagai bacaan, Hakim menyadari pentingnya memiliki tabungan, dana darurat, dan mengelola harta melalui investasi. Sejak kuliah hingga awal meniti karier, Hakim berdisiplin dalam mengelola penghasilannya.


"Kalau rumus di buku-buku biasanya menaruh 10%-20% dari pendapatan sebagai uang dingin, atau untuk investasi. Ketika mulai kerja, saya balik, lebih dominan untuk investasi. Sisanya sebisa mungkin cukup untuk kebutuhan sehari-hari," ungkap Hakim kepada Kontan.co.id, Rabu (27/11).

Baca Juga: Pengembang Ingria Pratama (GRIA) Angkat Ridwan Kamil Menjadi Komisaris

Dalam penilaian Hakim, investasi properti berupa tanah dan bangunan menjadi pilihan yang paling pas dari sisi potensi dan manajemen risiko. Ketimbang instrumen lain seperti kripto yang bagi Hakim terlalu berisiko.

Apalagi, aset properti bisa mengombinasikan pemenuhan kebutuhan dasar, yakni papan. Aset properti sekaligus menjadi ladang untuk memanen hasil investasi berupa pertambahan nilai (return) maupun pendapatan berulang (recurring income).

"Kebutuhan terhadap lahan terus naik, tapi tanah kan enggak bertambah, sehingga akan selalu menjadi aset penting yang nilainya terus naik," imbuh Hakim.

Tapi, dia memisahkan antara properti sebagai tempat tinggal, dan properti sebagai aset investasi. Bagi pria berusia 41 tahun ini, properti sebagai tempat tinggal merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan dasar.

Baca Juga: Cabut dari Bukalapak (BUKA), Teddy Oetomo Kandidat Presdir Merdeka Battery (MBMA)

Sedangkan sebagai aset investasi, properti merupakan ladang untuk memetik return atau recurring income. "Nilainya sama-sama akan naik. Tapi kalau sebagai tempat tinggal, itu kan bukan buat investasi. Lebih sebagai bemper terakhir, jaga-jaga kalau terjadi sesuatu," jelas Hakim.

Investasi properti juga bisa memberikan cuan yang eksponensial. Asalkan jeli menilai dan memilih lokasi. Kriteria utamanya punya aksesibilitas yang baik dan daerah bebas banjir, serta pilih pengembang properti yang terpercaya.

"Lokasi yang penting aman, bebas banjir. Kalau jarak, dulu orang bilang Depok, Bogor, Bekasi itu jauh. Tapi dengan terhubung akses tol, jadi terjangkau. Kemudian akan tumbuh juga pusat-pusat ekonomi baru," imbuh Hakim.

Dus, lahan di daerah penyangga kota besar atau di dekat pusat ekonomi baru punya prospek yang menarik. Sebagai aset investasi, pada tahun 2010 Hakim membeli tanah pertamanya di Sumedang, Jawa Barat.

Hakim kemudian menambah aset di daerah lain, sehingga properti punya tempat yang dominan dalam portofolio Hakim. Porsinya mencapai 80%. Sedangkan sisanya diisi oleh instrumen investasi lainnya seperti emas, saham dan obligasi.

Baca Juga: Belajar Investasi Ala Bos Indodax Oscar Darmawan

Reputasi adalah Kunci

Bersama mitra, Hakim terus mengembangkan lahan tersebut, yang kemudian menjadi aset untuk proyek perumahan GRIA. Hakim bercerita, lahan pertama di Sumedang tidak dibeli memakai kredit dari bank, tapi langsung dengan pemilik lahan melalui Pengikatan Perjanjian Jual Beli (PPJB).

"Waktu itu belum sanggup beli, jadi kami ajukan kredit. Tapi bukan ke bank, ke pemilik langsung lewat proses PPJB. Jadi ada perjanjian, lunas di tahun sekian, per bulan bayar sekian," terang Hakim.

Dari sini, dia menekankan pentingnya investasi nama baik alias reputasi, yang menjadi faktor kunci untuk membuka peluang ke tangga kesuksesan. Hakim lantas mengutip konglomerat bos Grup Djarum, Michael Hartono, yang menekankan reputasi sebagai fundamental dalam berbisnis.

"Kalau reputasi sudah rusak, mau kemana aja susah. Maka benar, peti mati pengusaha itu kalau dia sudah bohong, tidak jujur," tegas Hakim.

Baca Juga: Cerita Presdir Superior Prima Sukses Billy Law yang Pilih Investasi di Sektor Riil

Selain reputasi, ayah dari dua puteri ini juga menyoroti pentingnya investasi relasi, untuk memperluas jejaring pertemanan dan bisnis. Menurutnya, tidak mungkin seorang bisa sukses secara "self made" atau memulai dari nol sendirian.

"Pada prosesnya pasti ada bantuan entah dari keluarga atau temannya. Jadi nggak ada itu orang bisa jadi gede hanya karena dia sendiri," kata Hakim.

Di samping investasi pada reputasi dan relasi, faktor kunci lain adalah determinasi, kesungguhan dan komitmen dalam menjalankan tanggung jawab. "Setelah itu harus disiplin, dan kelola uang dengan benar. Hal-hal itu jadi investasi paling penting," pungkas Hakim.

Baca Juga: Presdir BNP Paribas AM Maya Kamdani Andalkan Reksadana Untuk Kebutuhan Finansial

Reading is Healing, Meditasi Lewat Buku

Don't judge a book by its cover mungkin bisa menjadi adagium yang cocok untuk sosok Hakim. Di balik gaya yang santai, Hakim punya kedalaman pikiran dan wawasan yang luas.

Pandangan hidup Hakim terbentuk dari berbagai buku yang telah ia baca sejak usia dini. "Waktu kecil saya enggak dikasih mainan, di rumah adanya buku-buku punya ayah. Di depan mata adanya itu, jadi akrab dengan buku," kenang Hakim.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengaku sudah membaca ratusan buku. Mulai dari filsafat klasik Yunani, biografi tokoh besar seperti Bung Karno dan Bung Hatta, sejarah Majapahit, fiksi populer macam The DaVinci Code karya Dan Brown, hingga Tafsir al-Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab.

Ada lima tema buka favorit Hakim, yang menurutnya penting sebagai motivasi dan panduan hidup. Yakni filsafat, psikologi, keuangan, sejarah dan pengetahuan umum, serta buku-buku mengenai pengembangan diri.

Baca Juga: Bangkrut Saat Krisis 2008, Founder Moduit Kini Memegang Teguh Prinsip Investasi

Keakraban dengan buka mengasah naluri Hakim sebagai seorang pembelajar. Tak hanya untuk bahan bacaan, dia pun menjadikan buku sebagai media belajar Bahasa Inggris.

"Saran saya coba langsung baca buku bahasa Inggris, nanti kosakata tambah kaya, juga semakin cepat paham. Saya begitu, jadi enggak terasa baca buku sekalian les bahasa Inggris," kata Hakim.

Saat ini, Hakim sedang dalam perjalanan menamatkan buku How To Be A Stoic: Ancient Wisdom for Modern Living karya Massimo Pigliucci dan The Power of Geography karya Tim Marshall.

Bagi Hakim, buku merupakan penyelamat dari penat di tengah kesibukannya. Reading is healing. "Ya, semacam itu. Bisa jadi semi meditasi dan kontemplasi," tutup Hakim.

Selanjutnya: Menjaga Reputasi Dalam Berinvestasi

Menarik Dibaca: Minuman Apa yang Ampuh Menurunkan Kadar Gula Darah? Ini 6 Rekomendasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati