JAKARTA. Pemerintah memperkirakan investasi industri kimia dasar dari Penanaman Modal Asing (PMA) senilai US$ 2 miliar tahun ini. Adapun nilai investasi dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sekitar Rp 1 triliun. Kementerian Perindustrian mencatat, sampai Mei 2014, investasi PMA yang terealisasi baru US$ 979,4 juta. Angka ini turun 44,66% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 1,77 miliar. Muhammad Khayam, Direktur Industri Kimia Dasar Kementerian Perindustrian bilang, penurunan investasi ini terjadi karena investor banyak yang menunggu kepastian hasil pemilihan presiden.
Investor asing yang menanamkan investasi sampai Mei 2014 adalah PT Synthetic Rubber Indonesia, perusahaan patungan PT Petrokimia Butadiene Indonesia dengan Michelin Indonesia senilai US$ 435 juta. Investasi ini untuk pabrik styrene-butadiene berkapasitas 120.000 ton. Investasi PMDN dari awal tahun sampai Mei 2014 tercatat US$ 3,45 miliar. Angka ini naik 23,65% dari periode yang sama tahun lalu. Salah satu investor PMDN yang investasi adalah PT Chandra Asri yang melakukan ekspansi pabrik. Khayam bilang, sampai akhir tahun ini akan ada tambahan investasi dari PT Asahimas senilai US$ 400 juta. "Proyeknya dimulai tahun ini, yaitu pabrik kimia dasar dengan hasil akhir PVC (polyvinyl chloride)," kata Khayam. Peluang investasi besar Target investasi dari pemerintah di sektor industri kimia dasar dimaklumi oleh pelaku industri. Hidayat Nyakman, Ketua Umum FIKI (Federasi Industri Kimia Indonesia) bilang, potensi industri kimia dasar di Indonesia memang besar. "Saking besarnya, sisa kebutuhan produksi harus diisi oleh produk impor," ujar Hidayat Kamis (14/8). Mengacu data Kemenperin, kapasitas produksi kimia dasar domestik berupa etilena hanya 600.000 ton per tahun. Sementara kebutuhan mencapai 1,3 juta ton per tahun. Sisanya masih harus diimpor.
Begitu pula dengan produksi polipropilena (PP) yang hanya 800.000 ton per tahun dari kebutuhan 1,5 juta ton. Kondisi serupa untuk produksi polietilena (PE) yang tercatat 750.000 ton per tahun dari kebutuhan 1,4 juta ton per tahun. Berbeda dengan produksi PET (polyethylene terephtalate) yang tercatat 400.000 ton dari kebutuhan 200.000 ton. Jika produksi bahan kimia dasar di dalam negeri tak segera digenjot, Hidayat khawatir, pasar kimia dasar Indonesia bakal dimanfaatkan produk impor. Agar investor tertarik berinvestasi, Hidayat meminta pemerintah menjaga stabilitas politik dan pasokan bahan baku. Asal tahu saja, industri kimia dasar mengandalkan impor bahan baku hingga 80%-100% dari kebutuhan. Hasil produksi kimia dasar selanjutnya diolah jadi bahan baku tekstil, plastik, kemasan dan industri pupuk. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan