Minat Investor di Lelang SUN Diproyeksikan Makin Tinggi, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat masyarakat terhadap lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (16/1), lumayan tinggi. Pasar surat utang Tanah Air dilirik menyusul prospek perekonomian Indonesia yang lebih baik.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, total penawaran masuk pada lelang SUN tanggal 16 Januari 2024 mencapai Rp 67,56 triliun atau naik dari dua pekan lalu sebesar Rp 39,8 triliun. Sementara, nominal yang dimenangkan pada lelang SUN kali ini sebesar Rp 24 triliun, naik dari dua pekan sebelumnya sebesar Rp 21,75 triiliun.

SVP, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi Riawan mengatakan, minat masyarakat terhadap SUN meningkat karena sejumlah faktor. Salah satunya kondisi perekonomian dalam negeri yang stabil dan prospektif.


Lalu, ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan peningkatan likuiditas di pasar keuangan, seiring dengan masuknya dana repatriasi dan stimulus fiskal.

"Selain itu, SUN juga menawarkan imbal hasil yang lebih menarik dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, terutama di tengah tren perlambatan inflasi global dan ketidakpastian geopolitik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (!6/1).

Baca Juga: Pemerintah Serap Rp 24 Triliun pada Lelang SUN Selasa (16/1)

Dalam lelang kali ini, seri FR101 merupakan seri yang paling diburu. Jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp 23,59 triliun dan dimenangkan pemerintah sebesar Rp 8,85 triliun.

Menurut Reza, diburunya seri itu karena baru diterbitkan pada lelang kali ini dengan jatuh tempo pada 15 April 2029. Lalu juga memiliki tingkat kupon yang tetap (fixed rate) dan relatif tinggi, yaitu 6,375%.

Reza berpandangan, ke depan partisipasi masyarakat terhadap lelang SUN masih akan semarak. Ini mengingat adanya faktor-faktor yang mendukung permintaan terhadap surat utang pemerintah.

Beberapa faktor tersebut antara lain, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan akan mencapai 5,3% pada tahun 2024, kemampuan pemerintah dalam mengelola defisit anggaran dan menjaga stabilitas makroekonomi, serta penurunan risiko geopolitik global seiring dengan berakhirnya ketegangan perdagangan antara AS dan China.

"Selain itu, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan utang, serta mengembangkan produk dan layanan yang inovatif dan inklusif, seperti SBN ritel dan SDGs bond," ujarnya.

Reza memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun di 2024 akan dipengaruhi oleh beberapa katalis, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, katalis utamanya adalah kebijakan moneter Bank Indonesia yang diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada kuartal I 2024 yang akan menurunkan biaya pinjaman dan meningkatkan daya tarik obligasi berbunga tetap.

Katalis lainnya adalah perkembangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan defisit anggaran, yang diharapkan dapat berada dalam kisaran yang wajar dan sesuai dengan target pemerintah.

Dari luar negeri, katalis utamanya adalah kebijakan moneter The Fed yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun 2024. Hal ini akan meningkatkan imbal hasil obligasi AS dan menekan aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah Diperkirakan akan Banyak Menerbitkan SBN di Kuartal I-2024, Ini Alasannya

Katalis lainnya adalah perkembangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan ketegangan geopolitik global yang dapat memicu volatilitas pasar keuangan. Berdasarkan katalis-katalis tersebut, diperkirakan yield SUN tenor 10 tahun secara rata-rata akan berada di sekitar 6,8% pada tahun 2024.

"Namun apabila inflasi mereda lebih cepat dan bank sentral mulai menurunkan suku bunga, bukan tidak mungkin bahwa yield 10-tahun akan di bawah 6,8%," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat