KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran masuk pada lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini, Selasa (13/6) meriah. Aktivitas lelang dipengaruhi oleh The Fed yang diperkirakan menahan tingkat suku bunga pada level 5%-5,25% di FOMC Juni 2023. Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk pada lelang SUN tanggal 13 Juni 2023 sebesar Rp 76,24 triliun. Angka itu lebih tinggi dibandingkan jumlah penawaran masuk pada hasil lelang SUN sebelumnya yang senilai Rp 58,44 triliun. Meski penawaran masuk tinggi, pemerintah hanya menenangkan Rp 15 triliun, sama dengan dua pekan lalu.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai, tingginya penawaran masuk terhadap lelang kali ini karena pelaku pasar memiliki persepsi bahwa The Fed bakal menahan laju kenaikan suku bunga pada FOMC Meeting.
Baca Juga: Penawaran Masuk Lelang SUN Tertinggi Selama 2023, Berikut Catatan DJPPR Selain itu, sentimen dari dalam negeri juga masih kondusif yang tercermin dari berbagai indikator ekonomi menunjukkan hasil sesuai konsensus bahkan melebihi. Data terbaru ada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang naik dari 126,1 pada April menjadi 128,3 pada Mei 2023. “Market tengah
bullish jelang pelaksanaan FOMC Meeting. Pelaku pasar berekspektasi The Fed akan menahan suku bunga acuannya,” kata Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (13/6). Pada lelang kali ini, ada tujuh seri SUN yang ditawarkan. Ketujuh seri tersebut ialah seri SPN12230914, SPN12240229, FR0095, FR0096, FR0098, FR0097, dan FR0089. Seri FR0096 paling banyak diburu investor dengan jumlah penawaran masuk
(incoming bids) tertinggi. Sementara seri FR0098 merupakan seri dengan jumlah nominal yang paling banyak dimenangkan
(awarded bids). Baca Juga: Penawaran Masuk Rp 76 Triliun, Pemerintah Serap Rp 15 Triliun di Lelang SUN Hari Ini Menurut Nico, investor memburu seri FR0096 dan FR0098 karena keduanya merupakan seri acuan alias
benchmark tenor 10 dan 20 tahun yang memberikan kupon lumayan atraktif. Selain itu, lelang kali ini mencatatkan rata-rata imbal hasil
(yield) tertimbang yang dimenangkan lebih mendekati
yield terendah yang masuk pada lelang ini, dibandingkan dengan
yield tertingginya. “Ini artinya pemerintah dapat optimal untuk menekan biaya bunga jika memenangkan seri yang dilelang dengan lebih melirik permintaan
yield yang rendah,” ujar Nico. Sementara, penurunan
yield di pasar sekunder sebelum pelaksanaan lelang SUN hari ini diperkirakan karena persepsi pasar yang sedang dalam tren
bullish menjelang pelaksanaan FOMC Meeting yang akan jadi fokus investor tanggal 14 Juni 2023. Nico mengamati saat ini
yield SUN bisa dibilang sudah melandai karena berbagai faktor, namun besar kemungkinan di tahun depan
yield akan bisa bergerak lebih melandai lagi seiring proyeksi akan ada penurunan suku bunga acuan dari The Fed dan juga Bank Indonesia.
Baca Juga: Kenaikan Bunga Obligasi Korporasi Diprediksi Terbatas Pada Semester II-2023 Jadi untuk memiliki obligasi sekarang dinilai masih menarik karena akan muncul kemungkinan
yield bisa turun lebih rendah lagi sehingga investor bisa mendapat keuntungan
(gain) tambahan dari kenaikan harga. Pasar obligasi ke depannya diperkirakan masih akan dipengaruhi sentimen seputar inflasi, suku bunga acuan, dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Jika semua komponen itu positif maka akan mendukung pasar yang semakin
bullish. “Namun perlu juga diperhatikan beberapa risiko yang kerap kali tiba-tiba muncul dari global seperti konflik geopolitik yang dapat menahan laju penguatan pasar,” tandas Nico. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati