KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan emiten-emiten baru berukuran jumbo. Salah satunya, PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel. Menurut catatan Kontan.co.id, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (
TLKM) itu melepas 24,54 miliar saham dengan harga Rp 775-Rp 975 per saham. Dus, Mitratel bepotensi menghimpun dana antara Rp 19,79 triliun hingga Rp 24,9 triliun. Selain Mitratel, induk usaha Widodo Makmur Unggas (
WMUU) yakni Widodo Makmur Perkasa (WMP) juga dikabarkan akan IPO di akhir tahun ini. Menurut kabar yang beredar, Widodo Makmur Perkasa mengincar dana sekitar Rp 1 triliun.
Di sisi lain, tahun depan, bursa berharap akan ada beberapa perusahaan unicorn yang melantai di bursa. Kendati belum memberikan jumlah pastinya, bursa berharap ada satu atau dua unicorn yang akan tercatat di bursa tahun depan. Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mencermati, maraknya penggalangan dana yang besar di bursa akan mendorong pelaku pasar bersikap lebih selektif. Kendati begitu, Wawan opitimisis IPO jumbo masih akan terserap pasar.
Baca Juga: Nilai emisi IPO Mitratel berpotensi melampui Bukalapak, berikut tanggapan BEI "Saham-saham yang dipandang bisa menjadi big caps dan bisa masuk indeks utama pasti akan diburu khususnya oleh institusi, fund manager, maupun investor individu," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (26/10). Di sisi lain, jumlah investor individu masih memiliki potensi untuk terus berkembang. Ini terlihat dari jumlah investor individu yang masih mini dibandingkan jumlah masyarakat Indonesia. Adapun tren bursa saham juga cenderung menguat di akhir tahun. Ini ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mampu menyentuh level 6.500. Tren ini juga ditopang oleh kondisi pandemi Covid-19 yang kian membaik seiring dengan pemulihan ekonomi. Faktor-faktor tersebut yang membuat IPO berukuran jumbo masih akan terserap oleh pasar. Apalagi, jika dana digunakan untuk kepentingan ekspansi. Dapat dipastikan sahamnya masih akan diincar oleh investor. Kendati IPO jumbo diminati pasar, Wawan menekankan perlu bagi investor menerapkan strategi cut loss. Apalagi untuk investor yang masuk saham-saham tersebut di pasar sekunder. Berkaca dari pengalaman IPO PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA), harga sahamnya sempat menguat signifikan di pasar sekunder hingga beberapa kali mengalami auto rejection atas (ARA). Akan tetapi, pada titik tertentu, saham BUKA akhirnya mengalami koreksi karena dinilai terlalu mahal. "Pertimbangkan cut loss, meskipun perusahaan bagus sekalipun, kalau terlalu mahal tetap akan terkoreksi dahulu," jelasnya. Pilihan lain, apabila tidak mengincar kenaikan harga, investor bisa menginvestasikan saham-saham terebut dalam jangka panjang, tiga hingga empat tahun. IPO jumbo ini akan menambah gairah di bursa saham. Mengingat emiten dengan kapitalisasi pasar besar cenderung diminati karena memiliki bobot yang besar terhadap indeks. Oleh karenanya ini akan meningkatkan transaksi di bursa karena semakin banyak investor yang mengincar saham-sahamnya.
Senada, Analis Phillip Sekuritas Helen mencermati, maraknya IPO jumbo akan memberi semakin banyak pilihan bagi investor. Ia melihat, minat investor berpartisipasi dalam IPO masih besar. Apalagi kalau perusahaan yang menggelar IPO merupakan perusahaan besar. "Kita melihat bahwa pasar masih mampu menyerap IPO tersebut didukung oleh potensi investor yang besar. Di mana jumlah investor pasar modal terus tertambah" jelas Helen, Selasa (26/10). Meleknya investor akan pasar saham, edukasi literasi keuangan, serta masuknya dana asing ke bursa Indonesia menjadi faktor pendorong lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi