JAKARTA. Reksadana saham selalu menjadi pilihan yang menarik bagi investor. Permintaan produk ini juga meningkat ketika pasar saham
bullish. Manajer investasi merespons permintaan pasar dengan terus menerbitkan produk reksadana saham baru. Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 19 Agustus 2016, jumlah reksadana saham mencapai 206 produk. Jumlah tersebut sudah bertambah 45 produk dari periode sama tahun lalu yang tercatat 161 produk. Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo berujar, penambahan produk reksadana saham di Indonesia mengikuti kenaikan permintaan investor. Maklum, secara year to date per 7 September 2016, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah menanjak 17,16%.
Alhasil, investor tergiur untuk membiakkan dana pada produk reksadana saham. Bak gayung bersambut, manajer investasi pun gencar menerbitkan reksadana saham anyar guna memenuhi permintaan investor. Regulator juga memuluskan penerbitan reksadana saham baru. Pada November 2015, OJK meluncurkan kebijakan mengenai reksadana beraset dasar efek asing. Menanggapi peraturan tersebut, inovasi pun terus bermunculan. Pada Februari 2016 lalu, beberapa manajer investasi berlomba-lomba menerbitkan reksadana saham syariah
offshore. Rudiyanto, Direktur PT Panin Asset Management, sepakat, faktor imbal hasil (return) masih menjadi daya tarik utama bagi investor reksadana. Apalagi bagi manajer investasi, produk reksadana saham memberikan margin yang paling tinggi “Kombinasi dari semua itu membuat penambahan produk reksadana saham baru akan selalu ada,” terangnya. Di sisi lain, jenis reksadana terproteksi masih mendominasi pasar. Menurut Rudiyanto, produk reksadana terproteksi memang lebih mudah dipasarkan. Sebab, karakteristiknya mirip dengan deposito perbankan namun dengan kupon yang lebih tinggi. Manajer investasi juga kerap meluncurkan reksadana terproteksi anyar untuk mengganti yang jatuh tempo. Margin lebih besar Rudiyanto memprediksi, di waktu mendatang, para manajer investasi akan terus meluncurkan reksadana saham anyar. Alasannya, produk reksadana saham memberikan keuntungan yang paling besar dibandingkan jenis reksadana lainnya. Permintaan investor terhadap reksadana saham juga berpotensi menanjak. Dengan catatan, return reksadana saham cukup mengkilap. “Tergantung upaya pemasaran juga,” ujarnya.
Serupa, Beben mengungkapkan, manajer investasi berpeluang terus menerbitkan reksadana saham baru. Asal permintaan investor membumbung. Namun, ada tantangan yang masih membayangi pasar saham domestik. Semisal rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias Federal Reserve (The Fed). “Kemungkinan ada investor yang profit taking atau switching ke reksadana dengan risiko yang relatif lebih rendah,” paparnya. Prediksi Beben, rata-rata return reksadana saham pada tahun 2016 sekitar 16% sampai 20%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie