Minat turun, rata-rata penjualan ST005 per investor makin merata



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada surat berharga negara (SBN) ritel sukuk tabungan seri ST005 menurun. Namun, rata-rata pembelian per investor alias tingkat keritelan membuahkan prestasi.

Diektorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menetapkan hasil penjualan ST005 yang ditawarkan pada 8-21 Agustus 2019, sebesar Rp 1,96 triliun. Angka tersebut lebih mini dibandingkan hasil penjualan Sukuk Tabungan seri ST004 yang tembus Rp 2,63 triliun.

Hasil penjualan ST005 juga berada di bawah target awal penjualan pemerintah di Rp 2 triliun. Meski begitu, hasil penjualan ST005 berhasil melebihi target para mitra distribusi yang sebesar Rp 1,7 triliun.


Baca Juga: Volume pemesanan ST005 capai Rp 1,96 triliun

Analis obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan investor tidak terlalu agresif masuk ke ST005. Karena investor ritel telah masuk dalam seri SBN ritel sebelumnya. "Padahal tingkat imbal hasil cukup menarik, hanya saja di periode ini investor memang sedang tidak terlalu agresif saja," kata Ariawan, Senin (26/8).

Sulit untuk menemukan penyebab utama yang membuat minat investor pada ST005 melambat, karena baru di tahun ini pemerintah secara rutin hampir setiap bulan menerbitkan SBN ritel. Sehingga, Ariawan tidak bisa membandingkan bagaimana historisnya.

Selain itu, kondisi global yang saat ini bergejolak juga tidak berpengaruh langsung pada sikap investor ritel dalam membeli ST005. "Dana pihak ketiga perbankan juga tidak signifikan bertumbuh ini jadi indikator bahwa instrumen investasi untuk investor ritel memang sedang tidak tumbuh, begitu pun permintaan pada ST005 jadi tidak terlalu besar," kata Ariawan.

Namun, Ariawan menilai penerbitan ST005 sukses menjaring investor ritel sekaligus milenial. Terbukti, penjualan ST005 mencapai keritelan terbaik sepanjang penerbitan SBN ritel karena rata-rata volume pemesanan per investor yang terus turun dari Rp 210 juta di ST004 menjadi Rp 196 juta di ST005. "Artinya tujuan pemerintah untuk mendorong partisipasi investor ritel sangat terlihat dan tercapai dengan tingkat keritelan yang semakin baik," kata Ariawan.

Baca Juga: Duh, Penjualan Sukuk Tabungan ST-005 Kurang Laris

Selain itu, porsi investor milenial juga terus bertambah jadi sebanyak 53,77% atau 5.393 investor, yang menjadi persentase tertinggi sepanjang penerbitan sukuk tabungan. Sebagai perbandingan dominasi investor milenial di ST004 hanya 51,8%.

"Kesadaran investasi generasi muda mulai tumbuh, ini berefek bagus bagi penerbitan SBN ritel ke depan karena akan lebih banyak lagi potensi partisipasi investor ritel," kata Ariawan.

Di satu sisi jumlah investor nonmilenial yang terbiasa membeli Surat Utang Negara (SUN) jumlahnya berkurang dan tidak agresif masuk ke penawaran SBN ritel.

Rio Ariansyah, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management mengatakan, di luar investor milenial yang banyak memburu ST005, terdapat investor nonmilenial. Rio mengatakan investor nonmilenial tidak agresif masuk ke ST005 karena khawatir pada kondisi pasar obligasi di tengah belum pastinya sikap moneter The Fed.

"Bagi investor nonmilenial yang berorientasi jangka pendek masih menimbang  potensi imbal hasil ST005 di tahun pertama dibanding dengan SUN dengan tenor yang sama," kata Rio.

Baca Juga: Tren lesu, penjualan ST005 BRI justru tembus target

Melihat suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) yang turun, Ariawan memproyeksikan kupon yang ditawarkan dalam SBR ritel selanjutnya, yaitu Saving Bond Ritel seri SBR008 bisa lebih rendah dari 7,4%.

Meski kupon berpotensi turun, Ariawan optimis penerbitan SBN ritel selanjutnya akan tetap ramai, terutama kontribusi dari investor ritel.

Senada, Rio memproyeksikan pemerintah akan menjaga kupon SBN ritel di 7%, jika tetap ingin menggali potensi investor ritel untuk terus masuk ke SBN ritel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati