LONDON. Pada pekan pertama tahun 2013, para trader emas optimistis, harga emas masih akan menanjak. Sekitar 15 dari 19 analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, harga emas pekan depan akan mencatatkan kenaikan. Hanya ada satu analis yang memprediksi penurunan harga minyak. Sedangkan tiga trader lainnya netral. Optimisme trader emas ini dipicu oleh semakin dekatnya deadline negosiasi anggaran belanja AS 2013."Masalah yang kita temui dalam setahun terakhir belum hilang. Masih banyak sekali potensi masalah di dunia dan hal itu menjadi alasan terbaik bagi investor untuk menyimpan emas dan membeli lebih banyak lagi," jelas Thorsten Proettel, analis komoditas Landesbank Baden Wuettemberg di Jerman. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah melesat 5,9% menjadi US$ 1.656,19 per troy ounce di London tahun ini. Dengan demikian, harga emas sudah melaju selama 12 tahun berturut-turut. Kondisi ini terjadi setelah bank sentral dunia, mulai dari Eropa hingga China, berlomba-lomba untuk menggelontorkan stimulus. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Minggu pertama 2013, harga emas diramal naik
LONDON. Pada pekan pertama tahun 2013, para trader emas optimistis, harga emas masih akan menanjak. Sekitar 15 dari 19 analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, harga emas pekan depan akan mencatatkan kenaikan. Hanya ada satu analis yang memprediksi penurunan harga minyak. Sedangkan tiga trader lainnya netral. Optimisme trader emas ini dipicu oleh semakin dekatnya deadline negosiasi anggaran belanja AS 2013."Masalah yang kita temui dalam setahun terakhir belum hilang. Masih banyak sekali potensi masalah di dunia dan hal itu menjadi alasan terbaik bagi investor untuk menyimpan emas dan membeli lebih banyak lagi," jelas Thorsten Proettel, analis komoditas Landesbank Baden Wuettemberg di Jerman. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah melesat 5,9% menjadi US$ 1.656,19 per troy ounce di London tahun ini. Dengan demikian, harga emas sudah melaju selama 12 tahun berturut-turut. Kondisi ini terjadi setelah bank sentral dunia, mulai dari Eropa hingga China, berlomba-lomba untuk menggelontorkan stimulus. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News