KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persoalan konflik Rusia-Ukraina sepertinya masih akan jadi isu utama yang menggerakan harga komoditas pada sisa kuartal II-2022 ini. Rusia yang merupakan salah satu produsen utama komoditas energi punya peranan penting dalam menjaga kestabilan harga komoditas seperti minyak dunia, batubara, hingga gas alam. Imbas dari konflik tersebut, Rusia menghadapi kesulitan dalam mengekspor beberapa produknya karena sanksi, masalah logistik, dan keengganan beberapa mitra dagang untuk membeli produk Rusia. Sedangkan, Ukraina telah terputus secara fisik dalam banyak hal. Hal ini pada akhirnya menyebabkan lonjakan harga komoditas yang meluas. Bursa Komoditi ICDX menilai, pada kuartal II-2022 ini, komoditi seperti minyak mentah dan logam seperti emas masih akan mengalami pergolakan harga sehingga menarik untuk ditransaksikan oleh para trader.
Hal ini terlihat dari produk emas yang ada di ICDX menjadi penyumbang volume transaksi multilateral terbesar dengan kontribusi sebesar 56,79%. Sementara itu sepanjang kuartal I-2022 kemarin, ICDX mencatatkan total volume transaksi multilateral mencapai 240.763 lot atau naik hampir 50% dibanding kuartal I-2021.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Anjlok Hampir 5% di Pekan Ini, Ini Katalis yang Menyeretnya Vice President of Research and Development ICDX Isa Djohari menjelaskan, permasalahan suplai jadi isu utama yang menggerakkan harga komoditas ke depan. Dengan Rusia sebagai salah satu produsen utama minyak dunia mengalami hambatan dari sisi produksi imbas perang, ini akan membuat harga minyak dunia cenderung tetap tinggi. “Dampaknya biaya transportasi akan tetap tinggi dan pada akhirnya membuat berbagai harga komoditas juga akan bertahan di level yang tinggi. Sementara di satu sisi, permintaan terus meningkat seiring pemulihan ekonomi,” kata Isa dalam Media Briefing Commodity Outlook kuartal II-2022, Rabu (27/4). Sementara itu, Research & Development ICDX Girta Yoga menambahkan, harga minyak dunia ke depan juga akan dipengaruhi keputusan OPEC+ yang akhirnya mulai Mei besok akan menaikkan produksi dari 400.000 barel per hari (bph) menjadi 432.000 bph. Hanya saja, ia menyangsikan hal tersebut akan berdampak signifikan karena produksi Rusia sejauh ini juga terganggu akibat konflik. Harapan tambahan pasokan datang dari rencana beberapa negara yang melakukan perilisan minyak terkoordinasi merespons sikap OPEC+ tersebut. Dikabarkan, Amerika Serikat akan merilis cadangan minyak sebesar 180.000 bph dan anggota IEA sebanyak 60.000 bph pada Mei mendatang. Selain harga minyak yang berpotensi naik, Yoga juga melihat, komoditas batubara punya peluang untuk menguat. Selain dipicu oleh konfik Rusia-Ukraina, sentimen lain datang dari China yang kembali melakukan lockdown akibat adanya kenaikan kasus Covid-19. Hal ini berpotensi menurunkan permintaan sekaligus pasokan. Di saat bersamaan ada moratorium ekspor batubara dari Indonesia.
“Harga minyak dunia berpotensi bergerak pada rentang US$ 85 - US$ 110 per barel. Sedangkan batubara ada di kisaran US$ 225 - US$ 375 per ton,” imbuhnya. Memasuki kuartal II-2022 ini, ICDX juga mencatatkan produk forex sebagai salah satu penyumbang volume terbesar dengan kontribusi sebesar 31,55%. Oleh karena itu, untuk mendukung pertumbuhan tersebut hingga April ini ICDX telah meluncurkan delapan kontrak forex baru yakni Hingga April 2022, ICDX telah menambah sebanyak delapan pairs forex baru yakni AUDCAD Mini, AUDCHF Mini, USDCNY Micro, GBPJPY Micro, USDSGD Micro, EURAUD Micro, GBPAUD Micro, dan NZDCAD Mini.
Baca Juga: The Fed Hawkish, Harga Komoditas Kompak Melemah Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat