Minim Bantuan, Penduduk Gaza Konsumsi Tanaman Liar untuk Bertahan Hidup



KONTAN.CO.ID - Ancaman kelaparan di Jalur Gaza terlihat semakin serius. Warga Gaza yang sulit mendapatkan makanan kini mulai mengumpulkan tanaman liar untuk dikonsumsi.

Warga Palestina harus menghabiskan bulan suci Ramadan dalam situasi kelaparan yang berbeda tahun ini. Warga yang kelaparan di wilayah tersebut mencari tanaman hijau liar bernama Khobiza karena tidak punya makanan lain.

"Saya tidak bisa mendapatkan sepotong roti untuk anak-anak. Saya pergi dan mengumpulkan beberapa Khobiza. Khobiza saat ini sudah kami temukan, namun kedepannya dapat dari mana? Khobiza akan habis. Kemana kita harus berpaling?," kata seorang penduduk Gaza bernama Maryam Al-Attar kepada Reuters.


Baca Juga: Jalur Gaza Palestina Dihantui Bencana Kelaparan

Kekhawatiran bahwa Khobiza hanya akan memberikan bantuan sementara semakin meningkat ketika pengiriman bantuan semakin tidak pasti.

Pada 18 Maret lalu, badan pengawas kelaparan dunia, Integrated Food-Security Phase Classification (IPC), memprediksi bencana kelaparan akan segera terjadi dan kemungkinan besar akan terjadi pada bulan Mei di bagian utara Gaza dan dapat menyebar ke seluruh wilayah kantong tersebut pada bulan Juli.

Badan PBB yang mengurus pengungsi Palestina, UNRWA, juga semakin tak berdaya. Israel menuduh 13.000 staf UNRWA terlibat dalam serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Tuduhan itu membuat banyak negara menghentikan sumbangannya ke badan tersebut. UNRWA terpaksa memecat beberapa anggota stafnya untuk melindungi kemampuan badan tersebut dalam memberikan bantuan kemanusiaan.

Baca Juga: Hubungan AS-Israel Diprediksi Memburuk Pasca Resolusi Gencatan Senjata Gaza Lahir

Penduduk Gaza baru bisa mendapat angin segar setelah Dewan Keamanan PBB pada hari Senin (25/3) akhirnya menyetujui resolusi gencatan senjata Gaza selama bulan Ramadan, yang sayangnya hanya tersisa dua minggu lagi.

Resolusi itu juga menyerukan adanya gencatan senjata berkelanjutan, pembebasan semua sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza, dan penghormatan terhadap hukum internasional dari masing-masing pihak terkait penahanan.

Gencatan senjata ini baru disepakati setelah enam bulan, setelah lebih dari 32.000 warga Palestina meninggal dunia akibat serangan brutal militer Israel, setelah lebih dari 1 juta penduduk Gaza ada di bawah ancaman kelaparan akut yang bisa merenggut nyawa.