KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap minim katalis penggerak di bulan Juli 2023. Pasar surat utang tengah mencerna lebih lanjut keputusan suku bunga. Direktur & Head of Fixed Income and Balanced PT BNP Paribas Asset Management, Djumala Sutedja mengatakan, Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) telah memberikan kinerja yang kuat di sepanjang tahun ini. Namun, pasar membutuhkan katalis baru untuk memberikan kinerja yang sama baiknya seperti langkah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga. Hanya saja, syarat BI memotong suku bunga tergantung kebijakan The Fed apakah juga memangkas suku bunga. Sejak pertemuan The Fed terakhir, Bank sentral Amerika Serikat (AS) itu mengindikasikan bahwa suku bunga akan bertahan di tingkat tinggi ini untuk jangka waktu lama.
“Dengan demikian, BI pun kemungkinan tidak akan memotong suku bunga dalam waktu dekat untuk menjaga kestabilan rupiah. Hal itu menyebabkan penurunan yield obligasi lebih lanjut sepertinya akan tertahan untuk sementara ini,” ucap Djumala kepada Kontan.co.id, Jumat (11/8).
Baca Juga: Reksadana pendapatan Tetap Catat Return Tertinggi hingga Juli, Simak Prospeknya Berdasarkan data Infovesta, selama periode Januari – Juli 2023, reksadana pendapatan tetap berkinerja paling moncer dengan return sebesar 3,90% year to date (ytd). Khusus di bulan Juli, reksadana pendapatan tetap kekurangan sentimen pendorong yang hanya mencetak return 0,27% MoM, terendah dibandingkan kelas aset reksadana lainnya. Di samping penurunan yield obligasi, Djumala mencermati, konsensus pasar saat ini beralih dari skenario resesi ekonomi menjadi soft landing di Amerika Serikat. Data ekonomi AS terus menunjukan resiliensi, data inflasi Juni lalu juga menunjukkan progres penurunan di bawah ekspektasi. Oleh karena itu, pelaku pasar jadi lebih berani melirik aset-aset berisiko berkat prospek ekonomi AS yang lebih baik. Tetapi, ekspektasi tersebut masih akan terus berubah dan dinamis, tergantung perkembangan data-data ekonomi terbaru. Djumala berujar, ketika pasar sedang mengalami penurunan, strategi yang bisa dilakukan investor adalah meminimalisir besaran penurunan. Langkah itu dapat dilakukan dengan memperbesar alokasi pada aset yang lebih konservatif dan stabil seperti Cash, memilih instrumen dengan durasi rendah, dan memilih surat utang yang memiliki tingkat kupon yang tinggi. Terkait pemilihan antara surat utang negara atau korporasi akan lebih banyak ditentukan bagaimana persepsi risiko terutama risiko kredit dan apakah premi yang ditawarkan memadai untuk mengkompensasi pengambilan risiko tersebut.
Djumala menilai, saat ini tingkat likuiditas maupun premi yang ditawarkan obligasi korporasi secara umum tidak cukup memadai, sehingga obligasi pemerintah masih merupakan alternatif yang lebih menarik. Untuk kelas aset pendapatan tetap, BNP Paribas masih lebih fokus ke obligasi pemerintah melalui produk BNP Paribas Prima II. “Kami memang masih melihat ada peluang untuk reksa dana pendapatan tetap, terutama dalam mata uang IDR. Namun, kami juga ingin mengingatkan para investor untuk selalu menentukan tujuan investasi terlebih dahulu, dan menyesuaikan jenis investasi yang akan dipilih dengan profil risiko masing-masing,” imbuh Djumala.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Melandai pada Juli, Bagaimana Prospeknya? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat