KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah diproyeksi melanjutkan tren penguatan di perdagangan Senin (19/8). Mata uang Garuda akan didukung ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Mengutip Bloomberg, Jumat (16/8), rupiah spot menguat tipis sekitar 0,04% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 15.693 per dolar AS. Sementara, rupiah Jisdor BI ditutup melemah sekitar 0,18% ke level Rp 15.716 per dolar AS. Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong memperkirakan, rupiah mungkin akan menguat terbatas di perdagangan Senin (19/8). Hal itu seiring absennya data-data ekonomi penting, baik dari domestik maupun luar negeri.
Sehingga, investor akan mengantisipasi risalah pertemuan FOMC dan pidato Powell yang berlangsung selama pekan depan. Ketua The Fed, Jerome Powell, diharapkan akan menyinggung seputar resesi dan memberikan sinyal pemangkasan suku bunga di bulan September. “Rupiah diperkirakan akan berkosolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (16/8). Lukman mencermati, Rupiah sepekan ini menguat terhadap dolar AS setelah rilis data inflasi AS, baik untuk tingkat produsen maupun konsumen yang lebih rendah dari perkiraan. Data-data tersebut memicu meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga The Fed. Baca Juga: Ekonomi Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Kurs Rupiah Malah Menguat, Apa yang Terjadi? Walaupun data penjualan ritel dan klaim pengangguran AS lebih baik, namun justru direspons investor sebagai kekhawatiran resesi AS yang mereda. Sehingga melemahkan dolar dan sentimen positif bagi rupiah. Dari domestik, Lukman menuturkan, Rupiah didukung oleh aliran masuk (inflow) modal ke Surat Berharga Negara (SBN) dari investor yang mengantisipasi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI). Sentimen ini menyebabkan penurunan pada imbal hasil obligasi Indonesia. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengamati, rupiah mampu menguat di akhir pekan saat indeks dolar AS didukung angka penjualan ritel dan angka pengangguran. Penjualan ritel AS naik 1,0% bulan Juli, melampaui perkiraan kenaikan 0,3%. “Angka terpisah menunjukkan 227.000 orang Amerika mengajukan tunjangan pengangguran minggu lalu, lebih sedikit dari yang diharapkan 235.000, memicu optimisme baru seputar pertumbuhan ekonomi AS,” ungkap Ibrahim dalam risetnya Jumat (16/8).