Minim sentimen, indeks bursa Wall Street terkoreksi lagi



KONTAN.CO.ID -NEW YORK.  Indeks utama bursa Wall Street kembali terkoreksi pada Rabu (6/3). Bahkan indeks S&P 500 mencatat penurunan satu hari terbesar dalam sebulan, karena saham-saham emiten kesehatan dan energi merosot.

Reuters melaporkan, dengan berakhirnya musim pelaporan kinerja emiten, investor mencari katalis berikutnya untuk menggerakkan pasar. Seperti perjanjian perdagangan potensial antara Amerika Serikat dan China, serta data ekonomi terbaru AS, termasuk datablaporan ketenagakerjaan yang akan dirilis Jumat pekan ini.

Optimisme atas kesepakatan perdagangan antara AS dan China, serta arah kebijakan The Federal Reserve yang kurang agresif dalam menaikkan suku bunga telah membantu memicu kenaikan 10,6% indeks S&P 500 di tahun ini, meskipun reli tersebut telah terhenti dalam beberapa hari terakhir.


"Dengan tidak adanya katalis positif, mudah bagi investor untuk mengambil keuntungan," kata David Joy, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial di Boston seperti dilansir Reuters.

Di perdagangan Rabu (6/3), indeks Dow Jones Industrial Average turun 133,17 poin  atau 0,52% menjadi 25.673,46, indeks S&P 500 terkoreksi 18,2 poin atau 0,65% ke level 2.771,45 dan indeks Nasdaq Composite melemah 70,44 poin atau 0,93%  menjadi 7.505,92.

Indeks saham sektor kesehatan di S&P 500 merosot 1,5% dan memberi tekanan ke indeks S&P 5000. Di sektor ini, saham Pfizer Inc turun paling dalam yakni 2,4%, disusul saham Amgen turun 3%.

Saham sektor kesehatan tertekan pengunduran diri mendadak komisaris Badan Makanan dan Obat-obatan AS, Scott Gottlieb. Pengunduran diri Gottlieb meningkatkan ketidakpastian tentang stok biotek dan farmasi di sektor yang telah terguncang oleh potensi penetapan harga obat-obatan dan undang-undang kesehatan lainnya.

Indeks saham sektor energi yang turun 1,3% juga membebani indeks Wall Street. Harga saham sektor energi jatuh karena harga minyak mentah AS turun. Harga saham Exxon Mobil, semisal, turun 1,1% setelah perusahaan minyak itu berencana meningkatkan pengeluaran selama beberapa tahun untuk memulihkan produksi minyak dan gas yang lesu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini