Minim sentimen pendukung, rupiah diprediksi lanjutkan pelemahan pada Rabu (16/12)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi kembali melemah pada perdagangan Rabu (16/12). Sentimen yang bakal menyeret rupiah dapat dari perkembangan kasus positif Covid-19 dan jelang libur akhir tahun.

Asal tahu saja, Selasa (15/12) rupiah di pasar spot melemah 0,18% ke level Rp 14.120 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia, mata uang Garuda melemah tipis 0,09% ke Rp 14.171 per dolar AS.

Analis HFX International Berjangka Ady Phangestu mengatakan, walau melemah pergerakan rupiah di pekan ini masih moderat dan berada di level psikologis Rp 14.000 per dolar AS. Padahal, dengan tren the greenback yang melemah sepanjang November dan Desember 2020, secara teknis rupiah bisa bergerak ke bawah level psikologis.


"Namun itu tertahan oleh tingkat pengangguran yang meningkat dan jumlah kasus Covid-19 yang terus menanjak," jelas dia kepada Kontan, Selasa (15/12).

Baca Juga: Ditutup melemah 0,18%, rupiah jadi mata uang terlemah di Asia pada hari ini (15/12)

Selain itu, pemberlakuan pengetatan atau lockdown yang diberlakukan kembali di kawasan Amerika Utara, dan sebagian Eropa ikut berpengaruh pada pergerakan mata uang emerging market

Di tambah, tingginya kasus positif Covid-19 di Indonesia, yang belum juga memperlihatkan tanda-tanda penurunan juga membuat gerak rupiah terbatas. 

Ady menilai, katalis dari virus corona masih menjadi momok bagi rupiah hingga tahun depan. Meskipun harapan vaksin sempat meredam sentimen pasar, namun kepastian waktu pendistribusian yang belum  jelas jadi perhatian pasar ke depan. 

"Besok, rupiah cenderung melemah dalam mengantisipasi musim libur, di mana sebagian investor dan spekulan kemungkinan akan melakukan taking profit," ungkapnya.

Untuk itu, Ady memprediksi rupiah akan bergerak pada rentang harga Rp 14.012 per dolar AS hingga Rp 14.227 per dolar AS. Jika level Rp 14.227 berhasil ditembus, maka ada kemungkinan terjadi pelemahan lanjutan ke Rp 14.300 per dolar AS.

Selanjutnya: Beban utang akan meningkat, ekonom ingatkan perlu waspada

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari