Minim sentimen positif, IHSG turun ke zona merah



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka tak berkutik di awal pekan (16/5). Mengutip data RTI, pada pukul 09.15 WIB, indeks mencatatkan penurunan sebesar 0,4% menjadi 4.742,58.

Ada 82 saham yang tergerus. Sementara, jumlah saham yang naik sebanyak 74 saham dan 70 saham lainnya diam di tempat.

Volume transaksi perdagangan hari ini melibatkan 456,251 juta saham dengan nilai transaksi Rp 523,535 miliar.


Secara sektoral, ada sembilan sektor yang tertekan. Adapun tiga sektor dengan penurunan terdalam di antaranya: sektor industri lain-lain turun 1%, sektor keuangan turun 0,88%, dan sektor perdagangan turun 0,87%.

Adapun saham-saham yang menghuni jajaran top losers indeks LQ 45 antara lain: PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) turun 3,87% menjadi Rp 3.230, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 3,67% menjadi Rp 5.900, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,69% menjadi Rp 9.050.

Sedangkan di posisi top gainers indeks LQ 45, dihuni oleh: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 2,17% menjadi Rp 3.770, PT Hanson International Tbk (MYRX) naik 1,32% menjadi Rp 770, dan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) naik 1,5% menjadi Rp 6.750.

Investor asing tampak melakukan penjualan saham di seluruh market dengan net sell mencapai Rp 11,9 miliar. Sedangkan di pasar reguler, investor asing membeli saham dengan nilai bernilai Rp 1,2 miliar.

Banyak sentimen negatif

Ada banyak sentimen negatif yang melanda IHSG pada awal pekan ini. Salah satunya berasal dari data laporan keuangan emiten yang tidak mencapai target.

"IHSG akan menguji support di 4.728. Hindari sektor perbankan dan industri dasar yang mencatatkan kinerja kurang memuaskan pada Q1 2016," ujar David Sutyanto, Analis First Asia Capital dalam Marker Research, Senin (16/5).

Bicara mengenai sentimen eksternal, pergerakan IHSG dipengaruhi oleh data ekonomi China yang berada di bawah estimasi. Investasi, produksi pabrik dan penjualan ritel China pada bulan April tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan.

Pertumbuhan produksi pabrik hanya sebesar 6% dari ekspektasi sebesar 6,5%. Selain itu, pertumbuhan investasi hanya sebesar 10,5% dari ekspektasi sebesar 10,9%. Penjualan ritel juga hanya meningkat sebesar 10,1% dari ekspektasi sebesar 10,5%. Hal ini menambah keraguan tentang stabilitas ekonomi Tiongkok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie