KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah diproyeksi terus berlanjut. Bahkan, rupiah diperkirakan segera menyentuh level psikologis baru dengan tembus ke Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari ke depan. Senin (23/10), rupiah spot ditutup melemah ke level Rp 15.934 per dolar AS. "Hanya menghitung hari, potensi ke Rp 16.000 akan segera dalam satu sampai dua hari ke depan," ujar
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana kepada Kontan.co.id, Senin (23/10).
Ia mencermati, tertekannya rupiah akibat meningkatnya
risk off. Hanya saja, peningkatan
risk off kali ini sedikit menyimpang lantaran investor tak hanya meninggalkan US Treasury dan pindah ke dolar AS saja. Fikri bilang, investor juga melarikan dana ke mata uang Eropa dan Britania Raya lantaran ekonominya membaik. Akibatnya, mata uang di
emerging market pun melemah.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Terperosok ke Level Rp 16.000, Emiten Konsumer Bisa Terimbas "Jadi
safe haven asset bukan UST atau USD sekarang, tapi ke negara-negara itu dan saya pikir ini yang jadi pemberat rupiah lebih lanjut," katanya. Sentimen lainnya juga karena menurunnya kepercayaan investor terhadap rupiah itu sendiri. Sebab, pasar menilai langkah Bank Indonesia beberapa waktu terakhir melalui instrumen SRBI dan DNDF, dan DHE ini tidak efektif untuk menarik
inflow dari asing sehingga mendorong kekhawatiran pasar. "Belum lagi, ada instrumen baru juga yaitu SVBI dan SUVBI yang kemungkinan ini dilihat oleh
market kalau BI sudah tidak kuat lagi menahan tekanan rupiah sehingga membuat sentimen di
market kurang baik," sambungnya.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menambahkan, potensi tekanan rupiah juga karena
yield US Treasury yang rentan untuk naik kembali. Sebabnya, SBN di AS naik dan Negeri Paman Sam ini juga sedang membutuhkan likuiditas untuk utangnya. "Otomatis
supply meningkat sehingga meningkatkan
yield," tambahnya. Ia pun memprediksi rupiah pasti akan ke Rp 16.000. Adapun paling cepat di pekan ini, ataupun paling lambat di pekan depan lantaran belum ada katalis yang mampu menahan. Meski demikian, Ramdhan menilai bahwa Rp 16.000 masih level psikologis sehingga masih bisa dikatakan batas aman. "Namun dengan catatan cadangan devisa dan pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil," katanya.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah, Selasa (24/10), Bisa Tembus Rp 16.000 Per Dolar AS? Adapun Fikri berpandangan rupiah masih berpeluang kembali ke level Rp 15.000-an dengan sejumlah catatan. Yakni, apabila
trade surplus di kuartal IV lebih baik dari kuartal III dan ada inflow sehingga ada
current surplus di kuartal IV. Selanjutnya, jika indeks USD tidak naik signifikan dan yield SUN peningkatannya terbatas atau turun. Jika kondisi tersebut terpenuhi, maka rupiah bisa ke level ke Rp 15.481 per dolar AS. "Jika tidak terpenuhi maka rupiah ke Rp 15.700 - Rp 15.800, apalagi ada risiko harga minyak juga yang mungkin ketakutan impor kita lebih tinggi," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari