Miniso agresif menambah toko di Indonesia



JAKARTA. Indonesia bak magnet bagi para peritel. Semakin banyak peritel asing agresif mencuil pasar ritel tanah air. Terbaru, Miniso akan mengembangkan sayap bisnis di pasar ritel domestik.

Setelah melihat penjualan beberapa toko yang sudah lebih dulu beroperasi di Indonesia, Miniso Industries Co Ltd berencana membuka hingga 200 gerai sepanjang tahun ini. "Yang terbaru, satu toko baru kami buka di Mal Artha Gading," tutur Chialyanti, Head of Site Development Miniso Home Company kepada KONTAN, Sabtu (20/5).

Dari beberapa gerai Miniso yang sudah beroperasi di Indonesia, rata-rata transaksi harian berkisar US$ 1.000-US$ 2.000. Tercatat transaksi tertinggi sebesar US$ 19.000 per hari pernah terjadi di gerai Miniso di Lippo Mall Puri Jakarta Barat. Kemudian gerai di Margo City Depok tercatat pernah mencetak transaksi US$ 12.000 per hari.


Supaya target tercapai, peritel yang bermarkas di Tokyo, Jepang tersebut sudah meneken perjanjian dengan 100 mal atau pusat belanja di sejumlah daerah untuk mendirikan gerai anyar. Peritel ini juga sudah menjalin kerjasama dengan pengembang properti yang mengelola pusat belanja. Sayang, Chialyanti tidak merinci identitas si pengembang tersebut.

Kalah di permodalan

Yang jelas, Miniso ini gerai ritel berbentuk supermarket, yang menjajakan beragam produk konsumer seperti elektronik, rumah tangga dan makanan. Sampai bulan Mei ini, sudah ada sekitar 50 toko yang masuk tahap dekorasi di sejumlah pusat belanja.

Chialyanti tidak merinci target bisnis Miniso di Indonesia. Namun perusahaan ini secara global meraup pendapatan hingga US$ 2 miliar pada tahun lalu. Angka ini melonjak 100% dibandingkan tahun 2015 yang sebesar US$ 1 miliar.

Pada tahun 2020 mendatang, Miniso secara global membidik target pendapatan US$ 8,8 miliar. Per Mei ini, jumlah gerai Miniso di dunia mencapai 2.000 gerai dan ditargetkan bisa mencapai 6.000 gerai pada tahun 2020 nanti. Sebab, saban bulan peritel ini menambah 100 gerai.

Sebelum Miniso, beberapa peritel asing juga membuka secara perdana bisnis ritel di Indonesia, seperti SG Supermarket asal Korea Selatan, yang di awal tahun membuka gerai perdana di Bekasi. Selain itu juga ada LC Waikiki, peritel fesyen asal Turki yang sudah membuka beberapa gerai di Jakarta.

Menurut Tutum Rahanta, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), serbuan peritel asing di Indoensia tidak akan memakan peritel lokal. Sebab, masing-masing ritel itu memiliki kelebihan masing-masing. "Kita kalah di masalah uang saja. Mereka mengambil (barang) dari negara mereka yang suku bunganya sedikit, sedangkan kita lebih tinggi," jelasnya kepada KONTAN, Minggu (21/5).

Meski begitu, Tutum mengakui bila peritel asing mempunyai nilai lebih ketimbang peritel lokal. Seperti dukungan dana yang besar serta konsep gerai menarik. Selain itu, gerai ritel asing biasanya menjual produk yang beragam alias multiproduk ketimbang peritel domestik.

Hal ini bisa terjadi lantaran peritel asing bisa mendapatkan produk tersebut dari jaringan yang sudah tersebar. Sedangkan peritel lokal masih kesulitan mendapat multi produk lantaran keterbatasan pasokan barang di pasar dalam negeri.

Ini menjadi peringatan bagi pemerintah. Untuk itu Tutum menyarankan, supaya pemerintah memberi insentif bagi peritel lokal. Misalnya bunga kredit yang rendah.

Berdasarkan catatan Aprindo, nilai ritel asing di pasar Indonesia sendiri sekitar 20% dari total pencapaian omzet ritel domestik yang lebih dari Rp 200 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini