Minna Padi meluncurkan produk reksadana syariah kedua



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Meluncurkan produk baru memang butuh kecerdikan dan strategi tertentu. Tidak terkecuali, langkah PT Minna Padi Aset Manajemen alias MPAM.

Hari ini, Rabu (31/10), MPAM resmi meluncurkan produk syariahnya yang kedua, yaitu reksadana Amanah Saham Syariah. Harga per unit penyertaan senilai Rp 1.000, sama seperti produk syariah pertama, yaitu Indraprastha Saham Syariah.

Sejak meluncur enam bulan lalu, harga Indraprastha naik 43%. “Waktu pertama kali kami luncurkan harganya Rp 1.000. Per akhir September 2018, harganya sudah Rp 1.4300-an. Total dana kelolaan Indraprastha per hari ini Rp 179 miliar,” ujar Djajadi, Direktur Utama MPAM.


Jadi, lanjut Djajadi, dari sisi harga, Indraprastha sudah agak berat dan terlalu mahal. Untuk itulah, MPAM merasa harus memberi ruang keyakinan baru bagi investor agar bisa masuk dengan harga bagus. “Kita luncurkan Amanah Saham Syariah hari ini di harga Rp 1.000 supaya investor tidak ada yang merasa kemahalan,” tuturnya.

Alasan lainnya adalah momentum. Bagi MPAM, saat ini, adalah momentum yang bagus jika melihat harga-harga saham yang mendekati book-value-nya. Bahkan, saham-saham utama sudah “meluncur ke bawah”. Bagi Djajadi, momen ini merupakan peluang bagi investor “masuk” alias berinvestasi dengan harga portofolio yang lebih murah.

Incar 20 besar

MPAM pertama kali meluncurkan produk reksadana pada 2006. Waktu itu, MPAM meluncurkan reksadana campuran Keraton Balance. Enam tahun berikutnya, meluncur produk kedua dan ketiga, yaitu reksadana Minna Padi Keraton II dan Property Plus. Dengan modal tiga produk, MPAM menyasar investor institusi.

Selama enam tahun, MPAM terus mencari strategi baru agar dana kelolaan terus bertambah hingga memperluas haluan ke sektor lebih luas, yaitu sektor ritel. Baru pada 2012, usaha MPAM sedikit berbuah dengan total dana kelolaan Rp 800 miliar dari hanya tiga produk saja.

Pada 2017, MPAM menetaskan produk reksadana saham, bernama Pasopati Saham yang tumbuh 19% di akhir 2017. Belum ada setahun.

Rupanya, produk Pasopati memberi semangat dan energi baru yang lantas mendorong MPAM mengeluarkan produk baru reksadana saham kedua, yaitu Pringgodani Saham di bulan Januari 2018. Belum genap setahun, per September 2018, Pringgodani tumbuh 12%.

Saat kelesuan menjangkiti pasar modal di bulan April 2018, MPAM tidak lantas berhenti dan malah meluncurkan produk baru syariah, yaitu Indraprastha. Mengapa?Karena total dana kelolaan industri reksadana syariah di Indonesia per akhir 2017 masih di angka Rp 9,3 triliun. MPAM merasa, total dana kelolaan tersebut tergolong masih berpotensi bagus mengeluarkan produk baru, terutama syariah.

Secara keseluruhan, termasuk produk konvensional, reksadana Amanah Saham Syariah merupakan produk ke-8 MPAM. Total aset dana kelolaan MPAM per September 2018 mencapai Rp 4,3 triliun.

Setelah meluncurnya produk ke-8 dan dengan mengantongi dana kelolaan sebesar itu, MPAM berharap tak lama lagi bisa masuk dalam jajaran 20 besar manajer investasi di Indonesia. “Karena, rata-rata 20 besar aset dana kelolaannya Rp 6 triliun,” imbuh Djajadi.

Djajadi cukup optimistis target itu tercapai lantaran produk-produk MPAM saat ini masih delapan buah. Itu pun, MPAM belum menggarap produk-produk yang lebih bervariasi. “Seperti RDPT, reksadana beragun aset, atau mencoba produk-produk reksadana turunan yang lain,” cetus Djajadi.

Catatan saja, di Indonesia, jumlah reksadana syariah per September 2018 mencapai 213 produk reksadana. Jumlah tersebut tumbuh 17% dibandingkan akhir 2017 yang masih 182 produk. Dari 213 produk tersebut terdiri dari 59 produk reksadana merupakan reksadana syariah saham, 38 reksadana syariah terproteksi, 34 reksadana syariah pendapatan tetap, 32 reksadana syariah pasar uang, 9 reksadana syariah sukuk, 8 reksadana syariah efek luar negeri, dan 7 reksadana syariah indeks.

Total produk reksadana syariah menempati porsi 10,5% dari seluruh total reksadana syariah yang beredar di pasar yang mencapai 2.035 produk. Sementara di sisi nilai aktiva bersih (NAB), reksadana syariah per September 2018 sebesar Rp 31,8 triliun alias meningkat 12% dibandingkan total dana kelolaan akhir 2017 yang masih Rp 28,3 triliun.

Kapitalisasi pasar Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) per September 2018 mencapai Rp 3.543 triliun. Sementara kapitalisasi pasar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai Rp 6.503 triliun. Di sisi portofolio penempatan investasi berdasarkan dartar efek syariah (DES) di Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat 401 saham. Adapun total saham yang diperdagangkan di BEI sekitar 600-an saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Cipta Wahyana