Minuman ringan mengisi kantong Multi Bintang



JAKARTA. Penjualan softdrink atau minuman ringan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) mulai meningkat. Hal tersebut ibarat darah segar bagi MLBI pasca larangan menjual minuman beralkohol di minimarket.

Larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket sejak April 2015 sempat mengganggu kinerja MLBI. Tapi, strategi memperbanyak penjualan minuman non alkohol berhasil. Alhasil, di kuartal tiga lalu, emiten konsumer ini menorehkan peningkatan penjualan dan laba.

Analis Daewoo Securities Indonesia Christine Natasya mengatakan, beberapa provinsi, seperti Bali dan Lombok masih melonggarkan aturan untuk memenuhi permintaan minuman beralkohol dari turis.


"Pembatasan ini membuat pemain bir memutar otak, seperti yang kita lihat penurunan tajam terjadi pada tahun 2015 lalu," kata Christine dalam riset.

Pada tahun 2015, pendapatan MLBI turun 10% jadi Rp 2,69 triliun ketimbang tahun sebelumnya Rp 2,98 triliun. Laba bersih Multi Bintang menurun 60% menjadi Rp 496 miliar dari Rp 794 miliar di tahun sebelumnya.

Christine mengatakan, untuk bertahan, MLBI berinovasi dengan berbagai produk baru non alkohol, seperti Bintang Zero, Radler Lemon Zero, Green Sands, dan Fayrouz serta Bintang Maxx 0.0 yang dijual September lalu.

MLBI juga memfokuskan pabrik baru yang dibangun 2014 lalu di Sampang Agung untuk fokus memproduksi minuman non alkohol, dengan kapasitas 500.000 hektoliter per tahun.

Pada kuartal tiga, kontribusi penjualan softdrink meningkat menjadi 13% dibanding 9% di tahun sebelumnya. Ini sekaligus mengurangi kontribusi penjualan bir menjadi 87% dari 91% di tahun sebelumnya.

Pertumbuhan penjualan softdrink meningkat 79,5% menjadi Rp 300,7 miliar dari Rp 167,5 miliar.

Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu mengatakan, prospek fundamental emiten bir masih belum kuat mengingat belum adanya sentimen positif yang berpengaruh signifikan. Larangan penjualan minuman alkohol di minimarket mengganggu distribusi bir.

"Penjual eceran itu memberikan kontribusi yang cukup besar," kata Lucky kepada KONTAN, Rabu (14/12). Ini pula yang menyebabkan harga saham MLBI menurun.

Lucky merekomendasikan sell saham MLBI dengan target harga Rp 10.000 per saham. Sekadar info, harga MLBI kemarin (14/12) ditutup di Rp 11.700 per saham.

Ke depan, Christine menilai pemerintah berpotensi mengincar pendapatan cukai lebih besar. Ini akan berdampak positif bagi MLBI. Asal tahu saja, selama ini industri minuman beralkohol merupakan penyumbang cukai kedua terbesar setelah rokok. Karena itu, Christine merekomendasikan hold MLBI dengan target harga Rp 12.000 per saham.

Analis Recapital Securities Kiswoyo Adi Joe mengatakan, harga saham MLBI saat ini sudah melebihi harga wajar. Dari hitungannya, harga wajar saham MLBI adalah Rp 11.000.Kiswoyo merekomendasikan hold MLBI dengan target harga Rp 11.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie