Minyak bakal bergulir di US$ 50-US$ 55 sebarel



JAKARTA. Harga minyak di pasar global melesat. Proyeksi peningkatan produksi di negeri Paman Sam tak cukup menjegal laju harga minyak mentah . Bahkan analis memperkirakan, penguatan harga masih akan berlanjut sampai akhir semester pertama nanti.

Mengutip Bloomberg, Selasa (21/2) pukul 16.54 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2017 naik 1,07% dari penutupan pekan lalu ke level US$ 53,97 per barel. Sedangkan, sepekan, harganya sudah melaju 1,45%.

Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin Futures mengatakan, penguatan harga ini terjadi karena pasar merespons positif kepatuhan pembatasan produksi minyak yang telah disepakati oleh beberapa negara produsen minyak. Tingkat kepatuhan anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) bulan Januari sudah mencapai 92%.


“Bulan Januari kan produksi OPEC sudah turun menjadi 32,14 barel,” ujarnya.

Menurut Deddy, hal tersebut cukup menjadi sentimen positif untuk melambungkan harga. Bahkan kenaikan produksi minyak AS akhirnya tak bisa menjegal penguatan harga. Minyak mentah masih mampu menguat di tengah rilis cadangan minyak AS yang terus bertambah.

Pekan lalu, US Energy Information Administration (EIA) melaporkan cadangan minyak mentah AS pada pekan ketiga Februari naik sekitar 9,5 juta barel menjadi 518,1 juta barel. Sementara itu, Baker Hugher mencatat adanya penambahan enam rig ke level 597 atau telah mendekati level tertinggi sejak April.

Lanjut Deddy, penambahan produksi dan cadangan di negara penghasil minyak ketiga terbesar di dunia itu hanya berpengaruh mempersempit rentang kenaikan harga. Penguatan harga minyak cenderung terbatas di rentang US$ 50-US$ 55 per barel.

“Kemungkinan sampai akhir semester I 2017 harga minyak akan tetap di rentang itu,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini