JAKARTA. Pergerakan harga minyak dalam setahun terakhir relatif melemah. Krisis utang di Eropa yang merembet hingga membuat perekonomian Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Asia melambat, membuat permintaan minyak berkurang. Harga kontrak minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2013, Jumat (23/11), di Bursa Nymex berada di level US$ 88,28 per barel. Dibanding sehari sebelumnya, minyak naik sebesar 1,02%. Namun, dalam kurun waktu setahun, harga minyak terkoreksi 8,14% dari posisi US$ 96,10 per barel. Harga minyak sempat bergerak di kisaran US$ 100 per barel pada awal 2012. Namun, sejak 3 Mei 2012, harga minyak belum mampu kembali menanjak ke atas US$ 100 per barel (lihat tabel).
Analis Monex Investindo Futures, Ariana Nur Akbar, mengatakan, tren pelemahan harga minyak masih mungkin terjadi, selama krisis utang di Eropa masih mengancam. Ia melihat, alasan mengapa European Central Bank (ECB) begitu ingin menyelamatkan Yunani adalah untuk meyakinkan pasar finansial global. Jika Yunani bisa diselamatkan, maka negara-negara dengan fundamental ekonomi lebih kuat seperti Spanyol dan Italia akan lebih mudah diselamatkan. "Ini bisa membangkitkan kembali kepercayaan pasar kepada Eropa,” kata Ariana. Nanang Wahyudin, analis SoeGee Futures, berpendapat, permasalahan jurang fiskal di AS serta perlambatan ekonomi yang dialami oleh China dan Jepang merupakan pokok permasalahan yang mengiringi pergerakan harga minyak dunia di 2012. Terang saja AS, China dan Jepang merupakan konsumen minyak terbesar dunia. Koreksi di akhir tahun