Minyak gagal bertahan di level tertinggi tiga tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak gagal bertahan di level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun sebelum rilis data cadangan dan produksi, baik dari Amerika Serikat (AS) maupun produsen OPEC. Mengutip Bloomberg, Rabu (17/1) pukul 17.31 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange tergerus 0,33% ke level US$ 63,52 per barel dibanding sehari sebelumnya. Data Energy Information Administration (EIA) pada Kamis pekan ini diprediksi akan menunjukkan penurunan cadangan minyak AS dalam sembilan minggu beruntun. Pada hari yang sama, laporan bulanan OPEC akan memberi gambaran tentang seberapa besar kepatuhan anggota pada kesepakatan pembatasan produksi dengan Rusia.

Sementara International Energy Agency (IEA) pada Jumat (19/1) juga akan merilis data pasar. Harga minyak melanjutkan koreksi setelah tergelincir 0,9% pada Selasa (16/1) lantaran indikator teknikal menunjukkan kondisi overbought. Koreksi harga minyak pada Selasa (16/1) merupakan yang pertama dalam lebih dari sepekan. Harga terus memperpanjang kenaikan setelah menyentuh level tertinggi dua tahun karena OPEC dan sekutunya termasuk Rusia membatasi produksi untuk mengurangi kekenyangan pasokan global.

Beberapa Bank, mulai dari Citigroup Inc. hingga Societe Generale SA mulai berspekulasi bahwa kesepakatan pasokan mungkin akan berakhir lebih awal. Namun Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan di Moskow bahwa pemangkasan harus dilanjutkan dan tidak perlu membuat keputusan terburu-buru di tengah kenaikan harga baru-baru ini. "Pergerekan ke bawah ini adalah tanda peringatan potensial," kata Ric Spooner, Analis CMC Markets yang berbasis di Sydney, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (17/1). "Jika harga mulai turun dari posisi saat ini dan menembus ke bawah level terendah dalam satu atau dua hari terakhir, itu akan memberi bukti bahwa jeda kenaikan tersebut berubah menjadi koreksi. Namun, akan sulit menetapkan koreksi terlalu dalam jika kita terus melihat penurunan persediaan AS dengan sedikit kenaikan produksi," lanjut Spooner. Menurut Goldman Sachs Group Inc., kenaikan permintaan, penurunan cadangan dan ketatnya aturan pembatasan produksi OPEC telah mendukung kenaikan harga minyak baru-baru ini. Goldman memprediksi masa depan harga minyak akan melampaui perkiraannya.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina