Minyak melesat dipicu penutupan pipa Forties



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak dunia ditutup menguat pada perdagangan Senin (11/12) waktu Amerika Serikat. Mencuat kekhawatiran pasokan minyak menyusut, karena penutupan pipa utama Forties.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari di Nymex berakhir naik 63 sen menjadi US$ 57,99 per barel.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari di London ICE Futures juga menguat 1,9% ke level US$ 64,61 per barel. Brent bahkan sempat menyentuh level tertinggi 2,5 tahun di US$ 64,93 sebarel.


Harga komoditas energi berbalik arah menguat setelah jaringan pipa utama di laut utara Inggris dikabarkan akan ditutup. Jaringan pipa Forties akan ditutup selama beberapa pekan untuk memperbaiki keretakan. Asal tahu saja, jaringan pipa tersebut membawa sekitar 450.000 barel per hari minyak Forties dari ladang lepas pantai di laut utara ke terminal pengolahan Kinneil di Skotlandia.

"Ini adalah kekhawatiran pasokan, tidak hanya karena pipa tersebut mengangkut sebagian besar produksi minyak mentah laut utara, tapi juga karena mungkin diperlukan beberapa minggu sebelum masalah tersebut diselesaikan," kata Abhishek Kumar, Analis Energi Senior di Interfax Energys Global Gas Analytics, seperti dilansir CNBC, Selasa.

Harga minyak naik lebih tinggi setelah sebuah percobaan serangan teroris di New York City pada Senin pagi. Seperti diketahui ledakan yang mengguncang terminal bus itu menyebabkan empat orang terluka.

"Investor cenderung beralih ke pasar komoditas, seperti emas dan perak selama kejadian berisiko tinggi, dan minyak juga bisa menarik investasi, kata John Kilduff dari Again Capital LLC di New York.

Meski demikian, pasar tetap akan mencermati potensi peningkatan produksi minyak Amerika Serikat. Menurut data Baker Hughes, jumlah rig yang dioperasikan per 8 Desember naik menjadi 751 unit, tertinggi sejak September lalu. Produksi minyak AS juga mengarah ke 10 juta barel per hari.

Selain itu, ada potensi OPEC akan mengakhiri kesepakatan pemotongan produksi lebih cepat. Menteri perminyakan Kuwait menyebut, kesepakatan itu akan dievaluasi sebelum Juni tahun depan. Padahal, OPEC dan sekutunya semula berencana menerapkan pemotongan produksi hingga akhir 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini