Minyak terangkat ancaman badai Sandy di AS



JAKARTA. Badai menyelamatkan harga minyak. Selain rankenstorm, spekulasi tentang bailout Spanyol serta sanksi untuk Iran, mengangkat harga minyak selama dua hari terakhir di pekan lalu.

Kontrak pengiriman minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk Desember 2012, di Nymex, Jumat (26/10), senilai US$ 86,28 per barel, meningkat 0,26%. Pada penutupan Kamis (25/10), minyak menguat 0,37%.

Spekulasi tentang pengajuan bailout oleh Spanyol serta pengetatan anggaran di Yunani menjadi sentimen positif bagi minyak. Demikian pula ekspektasi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa akan meringankan sanksi ekonomi bagi Iran.


Minyak kian membara seiring meluasnya kekhawatiran terhadap kemungkinan daya rusak badai Sandy. Pasar merisaukan badai itu menjadi frankenstorm, yang menimbulkan daya rusak terburuk bagi daerah pantai timur Negeri Paman Sam selama 100 tahun terakhir.

“Minyak akan melemah, tanpa frankenstorm,” tutur Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group Chicago, kepada Bloomberg. Prediksi Flynn, andai daya rusak badai Sandy terhadap kilang, seperti yang diperkirakan, tentu harga produk minyak, seperti bensin, akan melonjak.

National Hurricane Center memperkirakan Sandy akan melewati Philadelphia dan Baltimore pada tanggal 30 Oktober. Lima kilang di Delaware, New Jersey dan Pennsylvania yang memproduksi bensin sebesar 600.000 per hari kemungkinan ditutup.

Setelah kecemasan terhadap frankenstorm pupus, harga minyak dan produk minyak kemungkinan lesu lagi. Penyebabnya, pertumbuhan stok minyak di AS jauh lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan permintaan.

Sinyal melemah

Analis Senior Harvest International Futures Ibrahim, mengatakan, indikator teknikal mengeluarkan sinyal koreksi untuk minyak. Stochastic menunjukkan 60% arah masih ke bawah. Sedang moving average (MA) menyentuh bollinger bawah. Itu merupakan indikasi, 95% kemungkinan minyak untuk melemah dalam sepekan ke depan.

Moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) masih 50:50. Indikator itu bisa diartikan, pasar bersikap wait and see terhadap berbagai perkembangan politik dan ekonomi di zona Eropa serta kawasan Timur Tengah.

Analis iPasar, Renji Betari, menilai, kenaikan harga minyak pekan lalu merupakan suatu hal alami. Menjelang musim dingin di Bumi belahan Barat, kebutuhan terhadap bahan bakar akan naik 25% daripada masa biasanya. “Secara historis harga minyak selalu mengalami kenaikan di akhir tahun. Puncak harga minyak terjadi pada bulan Maret 2013. Perkiraan tertinggi harga minyak, yaitu  US$ 115 per barel," ujar dia.

Dalam beberapa hari mendatang, arah harga minyak bisa ditentukan oleh informasi penemuan sumber minyak baru di Negeri Paman Sam. "Memang, sumur itu belum tentu bisa dieksplorasi dalam waktu dekat,” tutur Renji.

Ibrahim memprediksi harga minyak, hari ini, cenderung menurun, dengan support US$ 83,50 per barel sedang resistance US$ 87,80 per barel. Proyeksi Renji minyak, awal pekan ini, cenderung naik, di kisaran US$ 85 hingga US$ 100 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini