Minyak terangkat data ekonomi AS



JAKARTA. Minyak kembali menanjak. Sinyal pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) mengembangkan kepercayaan para pemodal terhadap kenaikan permintaan minyak dunia. Maklum, AS merupakan konsumen terbesar minyak di dunia.

Kontrak pengiriman minyak untuk November 2012, di Bursa Nymex, Kamis (18/10), senilai US$ 92,14 per barel, menguat 0,02% dari hari sebelumnya. Jika dihitung dalam sebulan, harga minyak melemah 5,22%.

Sinyal terbaru perbaikan ekonomi AS adalah data penjualan perumahan, per September, yang naik 15% menjadi 872.000 unit. Itu merupakan angka tertinggi dalam empat tahun terakhir. Prediksi para ekonom, hanya berkisar 735.000-800.000 unit.


Selain itu, indeks yang mengukur potensi pembangunan konstruksi dan perizinan pembangunan gedungĀ  baru juga melompat ke level tertinggi sejak Juli 2008. "Ada indikasi pemulihan ekonomi di AS. Ini diharapkan bisa meningkatkan permintaan minyak," ujar Jonathan Barratt, CEO Barratt's Bulletin di Sydney kepada Bloomberg.

Analis Soe Gee Futures, Nizar Hilmy, menilai, minyak masih akan bergerak stabil di kisaran US$ 92,00-US$ 93,00 per barel. "Walaupun persediaan minyak di AS meningkat, namun minyak terangkat oleh sentimen positif dari KTT Eropa," kata dia.

Berpeluang naik

Kementerian Energi AS menyatakan, persediaan minyak mentah di AS bertambah 2,9 juta barel menjadi 369 juta barel, pekan lalu. Sedang produksi minyak meningkat menjadi 6,61 juta barel per hari, selama enam pekan terakhir.

Minyak tak terjun bebas karena kenaikan produksi diimbangi oleh peningkatan permintaan bahan bakar sebesar 4,3% menjadi 19,5 juta barel per hari.

Prediksi secara teknikal dari para analis Bloomberg menunjukkan, minyak berpotensi terkoreksi setelah gagal menyentuh resistance di bollinger band tengah, kemarin.

Analis Senior Monex Investindo Futures, Daru Wibisono, meramal, minyak masih berpotensi menguat. Fibonacci retracement di 50% menunjukkan minyak bisa menanjak hingga rentang US$ 93-US$ 94 per barel.

Krisis geopolitik di Timur Tengah tetap menjadi sentimen positif yang menopang harga minyak. Hingga kini, AS dan negara-negara Eropa masih mengembargo minyak Iran karena program nuklir yang dijalankan negara itu.

Daru memprediksi, harga minyak hingga akhir pekan ini berpeluang naik, dengan support US$ 91,60 dan resistance US$ 93,00 per barel. Sedang prediksi Nizar, harga minyak, sampai akhir pekan ini, bergerak di rentang US$ 90,50 hingga US$ 93,50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini