JAKARTA. Rencana pertemuan anggota OPEC dan beberapa negara penghasil minyak lain pada Minggu (22/1) memberi sentimen positif bagi harga minyak dunia. Meski stok minyak AS bertambah, harga minyak melambung. Pada Jumat (20/1) lalu, harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret menguat 2,11% ke level US$ 53,22 per barel. Tapi jika dibandingkan dengan akhir pekan sebelumnya, harga hanya menguat 0,13%. Dalam pertemuan tersebut, OPEC dan produsen minyak lain akan menegaskan kembali komitmen pemangkasan produksi 1,8 juta barel yang disepakati tahun lalu.
“Harusnya kalau stok minyak mentah mingguan AS naik, harga minyak turun, tetapi kali ini yang terjadi malah sebaliknya,” ungkap Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures, Jumat (20/1). Energy Information Administration (EIA) AS melaporkan, sampai 13 Januari, stok minyak mentah AS naik 2,3 juta barel. Padahal pengamat memprediksi stok akan berkurang 342.000 barel. Kepala EIA Fatih Birol berharap produksi minyak AS tahun ini naik hingga 500.000 barel per hari. Sedangkan produksi minyak mentah di Februari diprediksi meningkat 4,6% dibanding Januari. “Pasar tetap fokus ke pertemuan OPEC yang hendak membentuk komite pengawas pemangkasan,” terang Deddy. Pidato Gubernur bank sentral AS Janet Yellen, yang dianggap tidak memberi kepastian soal kenaikan suku bunga akan dilakukan juga mempengaruhi harga. Yellen malah mengindikasikan suku bunga naik secara perlahan. "Pasar menilai itu sebagai tanda kenaikan tidak akan seagresif rencana semula,” papar Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures. Selama ini, rencana kenaikan suku bunga membuat dollar AS menguat dan harga komoditas turun. Pelantikan Trump Euforia pelantikan Presiden AS ke 45 Donald Trump juga tak banyak berpengaruh bagi pergerakan harga minyak. Buktinya, jelang pelantikan politikus Partai Republik itu, dollar AS malah melemah. Pasar masih mencari kepastian kebijakan yang akan diterapkan sang presiden. “Harga selanjutnya akan tergantung bagaimana dollar AS menyikapi pidato pelantikan Trump. Kalau dollar melemah bisa jadi minyak mentah akan naik lagi,” ujar Nizar. Kenyataannya, pasca inagurasi, kini indeks dollar malah kembali tersungkur ke level 100,74. Pidato yang disampaikan Trump juga tidak menjabarkan lebih rinci kebijakan yang akan diterapkan. Nizar melihat harga minyak masih dalam tren positif.
Di kuartal I-2017, harga minyak masih bisa naik ke kisaran US$ 56–US$ 57 per barel. OPEC masih menjadi katalis positif bagi harga minyak. Pemangkasan yang disepakati hingga bulan Juni pasti akan mengurangi produksi global. Ditambah lagi, peluang kelanjutan pembatasan produksi juga masih cukup terbuka. Deddy memprediksi harga minyak menguat dan bergerak di kisaran US$ 51,8–US$ 54,3 per barel ini (23/1) dan antara US$ 50,70–US$ 55,20 per barel sepekan ke depan. Sedangkan Nizar menghitung hari ini minyak menguat di kisaran US$ 51,50–US$ 53,50 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie