Minyak tersangkut produksi Paman Sam



JAKARTA. Kabar kenaikan pasokan minyak Amerika Serikat (AS) terus menggerus harga minyak mentah. Per pukul 15.31 WIB kemarin (8/3), harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2017 di New York Mercantile Exchange terkikis 0,68% menjadi US$ 52,78 per barel. Dalam sepekan terakhir, harganya terpangkas 1,9%.

Research and Analyst Monex Investindo Futures Agus Chandra menjelaskan, Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan kenaikan pasokan minyak. American Petroleum Institute (API) merilis, pasokan minyak AS pekan lalu naik 11,6 juta barel.

Hal ini membuat harga minyak gagal melesat. Padahal OPEC dan Rusia masih mematuhi kesepakatan pembatasan produksi.


Kenyataan tersebut membuat Arab dan Rusia akan mendesak AS untuk turut serta melakukan pembatasan produksi. Apalagi, Energy Information Administration (EIA) malah menaikkan perkiraan produksi minyak AS tahun ini jadi 9,21 juta barel per hari.

Suluh Adil Wicaksono, analis Cerdas Indonesia Berjangka, menambahkan, kenaikan cadangan minyak AS berhasil menutup sentimen positif dari peningkatan permintaan minyak China. Impor minyak mentah Negeri Tirai Bambu pada bulan Februari naik menjadi 8,32 juta barel per hari. Administrasi Umum Bea Cukai Beijing mengatakan, di bulan Januari-Februari impor minyak mentah melesat 12,5% menjadi 65,8 juta ton.

Menanti Rusia

Kini pasar juga masih menanti tingkat kepatuhan Rusia dalam kesepakatan pembatasan produksi. Pasalnya, Negeri Beruang Merah ini belum menunjukkan berapa pemangkasan produksi minyaknya di bulan Januari lalu.

Namun, Rusia menjamin akan mengurangi produksi minyak sebesar 40.000 barel dari angka produksi bulan ini. "Pelaku pasar juga menantikan tingkat kepatuhan Rusia dalam pemangkasan produksi," lanjut Agus.

Menteri Minyak Arab Khalid Al-Falih mengakui, persediaan minyak mentah global tidak turun secepat harapan. Ini membuka kemungkinan perpanjangan pemangkasan produksi. Hal tersebut bakal dibahas pada pertemuan OPEC Mei mendatang.

Dari sisi teknikal, Agus melihat potensi harga minyak terkoreksi dalam jangka pendek. Harga bergerak di atas moving average (MA) 100 dan MA200 tetapi di bawah MA50.

Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif 0,2. Indikator stochastic mendekati area oversold di level 21, tetapi masih berpeluang turun. Sementara relative strength index (RSI) melemah di level 32.

Agus pun memprediksi harga minyak hari ini melemah dan bergerak di kisaran US$ 51,15-US$ 53,5 per barel. Sementara sepekan ke depan, Suluh memperkirakan ada peluang harga menguat dan bergerak di rentang US$ 51,5-US$ 54 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie