Minyak turun, KKKS revisi rencana kerja & anggaran



JAKARTA. Penurunan harga minyak dunia hingga harga di bawah US$ 40 per barel dalam dua hari terakhir membuat industri migas mengubah rencana kerja dan anggaran untuk tahun 2015.

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi bilang penurunan harga minyak mentah dunia memang sangat berpengaruh pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang saat ini sudah berproduksi dan menjual minyaknya. Untuk itu, SKK Migas pun telah memerintahkan pada bulan April lalu agar KKKS melakukan renegosiasi dan merevisi rencana kerja dan anggaran. Seluruh KKKS pun telah melakukan revisinya pada Juli lalu. Revisi rencana kerja dan anggaran ini dilakukan karena harga minyak dunia telah jatuh sejak awal tahun 2015. "Sekarang revisinya sudah selesai. Jadi kalau dibilang ada proyek yang ditunda tidak, tetapi dibilang direvisi iya, karena memang SKK memerintahkan pada bulan April untuk revisi produksi yang sudah jalan," katanya, Rabu (26/8).

Target tak tercapai


Sementara itu untuk target produksi minyak tahun ini diprediksi tidak akan tercapai. SKK Migas memprediksi produksi minyak hingga akhir tahun hanya mencapai 812.000 barel per hari, turun dari target produksi minyak mentah tahun ini yang ditargetkan mencapai 825.000 BPH.

Hingga 31 Juli 2015, produksi minyak mentah baru mencapai 756.000 BPH (year to date) atau baru mencapai 91% dari target. Penurunan produksi di akhir tahun ini karena blok Banyu Urip sempat mengalami penundaan produksi hingga satu setengah bulan karena masalah kerusuhan yang terjadi pada awal Agustus 2015. Diprediksi puncak produksi Blok Banyu Urip pun baru bisa terealisasi pada November nanti.

"Makanya kami berharap tidak ada masalah lagi. kalau ada masalah lagi bisa mundur," ujar Amien. Selain blok Banyu Urip, penurunan produksi minyak mentah juga dipengaruhi oleh adanya pengurangan produksi dari sejumlah blok minyak karena terjadi masalah produksi (unplanned shutdown). Amien mencontohkan masalah produksi sempat terjadi pada blok minyak di Tuban karena adanya kebocoran pipa bawah laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan