Minyak WTI koreksi ke bawah US$ 53 per barel



JAKARTA. Harga minyak mentah WTI kian terpuruk. Kini bahkan harga sudah menembus ke bawah level US$ 53 per barel lagi.

Mengutip Bloomberg, Rabu (15/2) pukul 15.52 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2017 di New York Mercantile Exchange tergerus 0,55% ke level US$ 52,90 per barel dibanding hari sebelumnya.

Tekanan terbesar setelah American Petroleum Institute mencatatkan kenaikan stok minyak mentah AS sebesar 9,94 juta barel pekan lalu. Sementara data Energy Information Administration yang akan dirilis malam nanti diduga akan terjadi kenaikan stok AS sebanyak 3,5 juta barel pekan lalu.


Apabila benar terjadi kenaikan seperti yang diprediksi pasar artinya stok AS sedang berada di level tertingginya dalam 30 tahun terakhir dan ini jelas buruk bagi pergerakan harga ke depannya.

Menurut Daniel Yergin, Vice Chairman IHS Markit Ltd, harga minyak WTI sepanjang tahun 2017 ini akan bergerak dalam rentang US$ 50 – US$ 60 per barel dan sulit keluar dari rentang tersebut. Sebab memang saat ini terjadi tarik menarik sentimen di pasar global.

Dukungan terbaru bagi harga minyak WTI datang dari laporan Arab Saudi ke OPEC bahwa ia sudah memangkas produksinya ke level terbanyak sejak 8 tahun terakhir pada Januari 2017 lalu. Sejalan dengan perkiraan Goldman Sachs Inc bahwa sepanjang semester satu 2017 ini akan terjadi defisit pasokan minyak mentah di pasar global.

“Ada persaingan yang sengit di pasar global mengenai minyak mentah saat ini. Kalau saja tidak ada sentimen dari OPEC sudah pasti harga minyak mentah koreksi lebih dalam. Dengan terus meningkatknya produksi AS akan membuat harga minyak mentah tetap bergerak di bawah US$ 56 per barel,” jelas Chris Weston, Chief Market Strategist IG Ltd seperti dikutip dari Bloomberg.

Tambahan beban lanjutan bagi harga minyak mentah juga datang dari dugaan Daniel dengan skenario apabila kenaikan harga minyak terus berlanjut dan pemangkasan OPEC berjalan maksimal, maka bukan tidak mungkin produksi AS naik sekitar 500.000 barel per hari. Ini akan menjadi katalis yang terus menarik turun pergerakan minyak mentah dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto