Minyak WTI menembus level US$ 48 per barel



JAKARTA. Sinyal positif dari rapat Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang akan berlangsung akhir bulan nanti masih terus menopang kenaikan harga minyak mentah WTI. Bahkan kenaikan sudah bertahan selama tiga hari beruntun.

Mengutip Bloomberg, Selasa (22/11) pukul 17.56 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2017 di New York Mercantile Exchange melambung 1,26% di level US$ 48,85 per barel dibanding hari sebelumnya.

Penjelasan perwakilan Nigeria di OPEC, Ibrahim Waya seperti dikutip dari Bloomberg, bahwa detil mengenai pasokan akan difinalisasi pada Selasa (29/11) mendatang. Menurutnya, semua anggota OPEC akan turut serta di dalamnya. Pernyataan optimistis lainnya juga dilayangkan oleh Gubernur OPEC Libya, Mohamed Oun bahwa rapat OPEC nantinya akan berjalan lancar dan mulus.


Namun, “Kesepakatan OPEC belum akan menopang kenaikan harga permanen jika belum ada kepastian yang jelas dari pertemuan tersebut,” kata Bjarne Schieldrop, Chief Commodities Analyst SEB AB Bank. Menurutnya jika ada pemangkasan produksi dan hasil yang positif maka harga minyak WTI bisa terbang ke US$ 55 per barel.

Memang untuk saat ini sentimen positif masih terus membalut pergerakan harga minyak mentah. Menteri Energi Aljazair, Noureddine Boutarfa mengatakan OPEC akan berusaha untuk memangkas produksi menjadi sekitar 32,5 juta barel per hari.

Apabila nantinya kesepakatan diraih, Goldman Sachs Inc memperkirakan harga minyak WTI akan berada di sekitar US$ 55 per barel selama dua kuartal pertama tahun 2017. Proyeksi ini naik dari sebelumnya yang hanya di kisaran US$ 45 – US$ 50 per barel.

Hanya saja, beban harga minyak WTI untuk jangka pendek datang menjelang dirilisnya laporan stok minyak mentah AS mingguan yang akan diumumkan Rabu (23/11) malam. Proyeksinya, stok minyak akan bertambah 250.000 barel dibanding pekan sebelumnya. Jika hal tersebut terjadi bisa saja harga minyak WTI koreksi terbatas. Mengingat kenaikan yang terjadi pun sudah cukup signifikan sehingga bisa memicu aksi profit taking oleh pelaku pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie