KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harapan Arab Saudi untuk membawa harga minyak mentah menembus level US$ 80 per barel sepertinya sulit untuk terwujud. Kenaikan produksi minyak Amerika Serikat (AS) tetap menjadi katalis negatif yang membayangi pergerakan harga. Bahkan para analis pun masih belum melihat adanya katalis positif yang cukup kuat untuk menyokong penguatan tersebut. "Level harga US$ 80 per barel ini cukup fantastis," terang Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id, Rabu (11/4). Bagaimanapun produksi minyak AS tetap menjadi ancaman tersendiri bagi minyak mentah. Apalagi kata Deddy yang selama ini terjadi ketika OPEC dan sekutunya merencanakan perpanjangan pemangkasan produksi hingga tahun 2019, negeri Paman Sam justru semakin gencar meningkatkan produksinya. AS selalu memanfaatkan apa yang direncanakan oleh OPEC.
Minyak WTI sulit menembus level US$ 80 per barel
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harapan Arab Saudi untuk membawa harga minyak mentah menembus level US$ 80 per barel sepertinya sulit untuk terwujud. Kenaikan produksi minyak Amerika Serikat (AS) tetap menjadi katalis negatif yang membayangi pergerakan harga. Bahkan para analis pun masih belum melihat adanya katalis positif yang cukup kuat untuk menyokong penguatan tersebut. "Level harga US$ 80 per barel ini cukup fantastis," terang Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id, Rabu (11/4). Bagaimanapun produksi minyak AS tetap menjadi ancaman tersendiri bagi minyak mentah. Apalagi kata Deddy yang selama ini terjadi ketika OPEC dan sekutunya merencanakan perpanjangan pemangkasan produksi hingga tahun 2019, negeri Paman Sam justru semakin gencar meningkatkan produksinya. AS selalu memanfaatkan apa yang direncanakan oleh OPEC.